Oleh Abu Najma AM*
Keshalihan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar
bagi keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan
akhirat. Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orangtua
akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pengaruh-pengaruh tersebut datang dengan berbagai bentuk.
Diantaranya berupa keberkahan amal-amal shalih dan pahala yang Allah sediakan
untuknya. Atau sebaliknya berupa kesialan amal-amal jelek dan kemurkaan Allah
serta akibat jelek akan diterimanya.
Jika orang tua shalih dan gemar melaksanakan amalan baik maka
akan mendapatkan ganjaran dan pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran
tersebut dapat berupa penjagaan, rizki yang luas, dan pembelaan dari murka
Allah. Adapun amal jelek orang tua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak
tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperbanyak amal shaleh
karena pengaruhnya akan terlihat pada anak. Bukti pengaruh ini dapat dilihat
dari kisah Nabi Khidhir AS yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa
meminta upah, sehingga Musa menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil
upah.
Allah berfirman memberitakan perkataan nabi Khidhir, “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak
yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya.” (Qs. Al Kahfi: 82).
Dalam menafsirkan firman Allah, “dan kedua orang
tuanya adalah orang shalih” Ibnu Katsir berkata, “Ayat
diatas menjadi dalil bahwa keshalihan orang tua berpengaruh kepada anak cucunya
di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka maka akan
terangkat derajatnya di surga agar kedua orangtuanya senang dan berbahagia
sebagaimana yang yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan as sunnah.”
Allah telah memerintahkan kepada kedua orangtua yang khawatir
terhadap masa depan anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar
ma’ruf nahi mungkar, dan berbagai macam amal ketaatan lainnya. Sehingga dengan
amalan-amalan itu, Allah akan menjaga anak cucunya. Allah berfirman yang
artinya,“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs.
An Nisa: 9).
Akhirnya, semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk menjadi
pribadi-pribadi yang penuh kesabaran dalam menjalani kehidupan di dunia fana
ini. Wallahua’lam.
*Penulis pemerhati masalah sosial, agama. Menetap di Majalengka