Indonesia Tambah 3 Cagar Biosfer Yang Diakui UNISCO


BASHIRAHNEWS.COM, PARIS - Cagar biosfer Indonesia kini bertambah. Dari 16 menjadi 19. Itu setelah UNESCO menetepakan 3 cagar biosfer Indonesia tahun 2020 ini.


Cagar biosfer adalah suatu kawasan ekosistem yang keberadaannya diakui dunia internasional sebagai bagian dari program Man and Biosphere Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa. Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan kebudayaan.

Berdasarkan pelaksanaan sidang International Coordinating Council of the Man and the Biosphere Programe (ICC-MAB) ke-32 pada 27-28 Oktober 2020, ada tiga Cagar Biosfer Indonesia yang ditetapkan yakni Cagar Biosfer Bunaken Tangkoko Minahasa (746.412,54 ha), Cagar Biosfer Karimunjawa Jepara Muria (1.236.083,97 ha) dan Cagar Biosfer Merapi Merbabu Menoreh (254.876,75 ha).

​Dikutip dari KBRI Paris, ketiga cagar biosfer Indonesia tersebut berhasil masuk ke dalam daftar UNESCO setelah mendapat penilaian positif dari Advisory Committee dan setujui oleh seluruh anggota ICC-MAB. Sidang menetapkan sejumlah 24 proposal cagar biosfer baru pada pertemuan tersebut, termasuk cagar biosfer Indonesia. Secara keseluruhan telah terdapat 714 UNESCO biosphere reserves yang tersebar di 129 negara.

Ketiga cagar biosfer Indonesia yang diakui UNESCO tersebut memiliki keunikannya masing-masing. Cagar Bunaken Tangkoko Minahasa misalnya, merupakan ekosistem vulkanik yang memiliki keakearagaman hayati bawah laut yang sangat kaya. Sedangkan Karimunjawa Jepara Muria adalah ekosistem unik yang merupakan gabungan kepulauan, dataran rendah dan pegunungan. Terakhir, Cagar Merapi Merbabu Menoreh merupakan ekosistem hutan pengunungan yang menjadi rumah bagi flora dan fauna khas Jawa.

Mewakili Pemerintah Indonesia, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Surya Rosa Putra, menyampaikan komitmen Indonesia dalam melanjutkan upaya pelestarian ketiga cagar biosfer tersebut. Bagi Indonesia, penetapan cagar biosfer tidak hanya bertujuan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan hidup, tetapi juga untuk memberi manfaat sosial-ekonomi pada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.

Menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserve (WNBR) membuka peluang Indonesia untuk menjalin kerja sama ilmiah dan sekaligus kerja sama sosio-ekonomi dengan sesama negara anggota UNESCO yang lain. Wadetap RI mengajak anggota council untuk datang melihat secara langsung keunikan setiap cagar biosfer dalam menopang pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto DEA, Direktur Eksekutif  Komite MAB Indonesia, yang juga hadir sebagai delegasi Indonesia di dalam sidang virtual tersebut, mengatakan bahwa konsep cagar biosfer itu sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak tahun 1971, yaitu mengelola suatu kawasan yang bertujuan untuk melakukan harmonisasi antara kebutuhan konservasi keanekaragaman hayati, sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan penetapan 3 cagar biosfer ini, saat ini, Indonesia telah memiliki total 19 UNESCO Biosphere Reserves yang tergabung dalam World Network of Biosphere Reserve (WNBR).

Selain penetapan 3 cagar biosfer, terdapat prestasi lain yang diraih oleh Indonesia pada sidang tersebut. Radisti Ayu Praptiwi, berhasil menjadi salah satu pemenang Young Sientific Award 2020, melalui penelitiannya yang berjudul 'Understanding the impsct of climate change to cultural ecosystem services in tropical marine biosphere reserve Taka Bonerate Kepulauan Selayar'

Pertemuan ICC-MAB ke-32 sedianya dilaksanakan di Abuja, Nigera, namun karena pandemi Covid-19, pertemuan tersebut terpaksa dilaksanakan secara virtual. Sidang dipimpin oleh Mr Adepoju Adeshola dari Nigeria diikuti oleh 34 negara anggota ICC-MAB. Saat ini, Indonesia menjabat sebagai negara anggota ICC-MAB UNESCO untuk periode 2019 – 2023. Sebelumnya, Indonesia, diwakili oleh Prof. Enny Sudarmonowati, menjadi ketua ICC-MAB periode 2018 – 2020. [Fatimah]
Lebih baru Lebih lama