Surah Al Hujurat adalah surah ke-49 setelah Surah Al Fath, terdiri dari 19 ayat dan 2 ruku. Untuk lebih jelanya mengenai surat ini, berikut ini tafsir singkat Surah Al Hujurat yang bersumber dari Al Quran Dengan Tafsir Singkat Editor Malik Ghulam Farid.
Surah Al
Hujurat dan Hubungan dengan Surah-surah Lainnya
Surah Hujurat
diturunkan pada tahun ke-9 Hijrah, sesudah kota Makkah jatuh. Ketika Islam, telah menjadi suatu kekuatan politik yang besar
dan orang berbondong-bondong masuk ke dalam pangkuannya.
Maka sudah masanya bagi orang-orang
baru baiat diberi pelajaran sopan santun dan akhlak baik. Surah Al Hujurat
mengajarkan kepada kaum muslimin, sopan santun dan akhlak baik.
Surah Al Hujurat membahas beberapa
kejahatan sosial yang juga berangsur-angsur menyelinap ke dalam masyarakat yang
maju dalam bidang kebendaan serta telah menjadi kaya raya, kaum Muslimin,
sesudah negeri Arab ditaklukkan, telah menjadi masyarakat seperti itu dan
membicarakan kemajuan Islam yang mencapai taraf kekuatan politik dan memiliki
kekayaan duniawi yang besar.
Dengan sendirinya, dan memang sangat
tepat sekali, Surah Al Hujurat ini mengandung peraturan-peraturan bagi
penyelesaian sengketa-sengketa internasional.
Berikut ini tafsir singkat dan beberapa
isi kandungan Surah Al Hujurat:
Perintah
Menghormati dan Menaati Rasulullah
Surah Al Hujurat
ini dibuka dengan perintah tegas kepada kaum muslimin untuk menunjukkan
penghormatan dan ketakziman sepenuhnya kepada Rasulullahsaw sesuai dengan kedudukan beliau selaku utusan
Allah SWT.
Orang-orang mukmin
diperintahkan menghormati dan memuliakan Rasulullah SAW dengan sewajarnya, dan menunjukkan ketaatan
tanpa bersyarat, lagi tidak mendahului perintah beliau atau lebih mementingkan
keinginan mereka sendiri daripada keinginan beliau SAW.
Lebih lanjut
mereka diperintahkan agar jangan mendahului keputusan beliau, melainkan
hendaknya menunjukkan ketaatan kepada beliau tanpa banyak bertanya. Mereka
tidak boleh meninggikan suara, mengatasi suara beliausaw.
Ditekankan sekali
pada keharusan mengambil sikap hormat setinggi-tingginya terhadap Rasulullahsaw. Orang-orang beriman dikehendaki agar jangan
bicara dengan suara keras di hadapan beliausaw atau
menyapa beliau dengan suara keras, yang bukan saja merupakan sikap kurang sopan
bahkan dapat merusak akhlak seseorang yang begitu lancang dan tidak menunjukkan
rasa hormat yang selayaknya terhadap pemimpinnya.
Hal itu bukan hanya merupakan perilaku
yang kurang sopan, melainkan juga menunjukkan kurang hormat terhadap sang
Pemimpin, sehingga melemahkan disiplin dalam masyarakat Islam.
Berbicara dengan
nada halus di hadapan Rasulullahsaw menunjukkan
rasa hormat terhadap beliau dan menunjukkan kerendahan hati; sedangkan
meninggikan suara padahal tidak perlu, berbau kesombongan dan kepongahan.
Memanggil
Rasulullahsaw dengna suara keras dari luar rumah sama
dengan menggangu ketenangan pribadi dan waktu beliau yang sangat berharga dan
menunjukkan kekurang-hormatan terhadap wujud beliau, dan hanya orang biadaplah
yang bisa bertingkah sebodoh itu.
Harus
Waspada terhadap Desas-desus atau Berita Bohong
Kemudian Surah Al Hujurat ini memperingatkan kaum muslimin agar
berjaga-jaga jangan terjebak oleh desas-desus palsu yang dapat menjerumuskan
mereka ke dalam keadaan sangat berbahaya, dan dengan ringkas meletakkan asas
peraturan yang dengan itu, Liga Bangsa-bangsa atau Perserikatan Bangsa-bangsa
dapat dibina di atas landasan yang sehat dan kokoh kuat.
Walaupun kota Mekkah telah jatuh dan
hampir seluruh tanah Arab telah masuk ke dalam pangkuan Islam, masih ada
beberapa suku bangsa menolah menerima tertib baru dan bertekad memerangi kaum
Mislimin sampai titik darah penghabisan.
Tambahan pula negeri-negeri tetangga
seperti kerajaan Bizantina dan Iran, mulai menyadari akan tantangan terhadap
kekuasaan dan pamor mereka; tantangan itu mereka rasakan telah timbul di negeri
Arab, dan peperangan dengan Islam, agaknya tidak dapat dihindarkan lagi. Maka
perintah itu sangatlah pentingnya.
Kaum Muslimin diberi tahu bahwa
sekalipun keperluan perang menghendaki tindakan cepat untuk mendahului suatu gerakan
pasukan dari pihak musuh, dan desas-desus yang sudah sewajarnya tersebar
dimana-mana dalam masa peperangan, hendaknya tidak boleh diterima begitu saja.
Kabar angin, harus diperiksa dengan
cermat serta diuji, dan kebenarannya harus diyakinkan dahulu sebelum tindakan
diambil.
“Hai, orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu seorang durhaka dengan membawa suatu kabar, selidikilah dengan
teliti, supaya jangan kamu mendatangkan musibah terhadap suatu kaum karena
kebodohan, maka kamu menjadi menyesal atas apa yang telah kamu kerjakan.”
(Surah Al Hujurat, 49: 7)
Persatuan
dan Persaudaraan antara Sesama Muslim
Kemudian, Surah Al Hujurat ini menyebut
beberapa kejahatan sosial yang jika tidak dijaga dan dicegah secara jitu, tepat
pada waktunya, dapat merusak bagian-bagian penting tubuh masyarakat dan
menghancurkan seluruh susunannya.
Oleh karena masalah yang dibahas oleh
Surah Al Hujurat ini pada pokoknya menciptakan keserasian, keakraban, dan
kerjasama yang baik di antara kaum muslimin secara perseorangan atau golongan.
Maka disebutkan beberapa keburukan
sosial, yang menyebabkan ketidakserasian, pertentangan dan perselisihan dan
membuat suatu masyarakat menjadi berkarat, rusak, dan kotor serta menggerogoti
unsur pentingnya itu, lalu memerintahkan kepada kaum muslimin supaya
berjaga-jaga terhadap hal-hal itu.
Mengejek dan mencemoohkan oranglain,
memata-matai dan memanggil dengan kata makian, curiga dan mengumpat, adalah
beberapa di antara keburukan-keburukan sosial itu.
Kaum wanita disebut secara istimewa dalam
hubungan ini, sebab mereka lebih cenderung menjadi sasaran keburukan sosial
ini. Sebab umum yang terletak pada akar keburukan-keburukan itu adalah
kesombongan dan rasa lebih unggul semu.
Dengan menghilangkan sebab-sebab pokok
ketidakserasian dan ketidaksepakatan antara orang-orang Muslim, Surah Al
Hujurat ini telah meletakkan dasar-dasar persaudaraan dalam Islam yang kokoh
kuat lagi mantap.
Di antara kejahatan sosial yang paling
umum, ialah kecurigaan, tuduhan palsu, memata-matai, bergunjing; dan yang paling
mencolok dan jangkauan akibat buruknya jauh ialah kesombongan dan keangkuhan
yang timbul dari rasa superioritas rasial, anggapan bahwa bangsa sendiri lebih
unggul dari yang lain.
Al Quran tidak mengenal dasar apa pun
yang dapat menyebabkan orang merasa lebih tinggi daripada orang lain, kecuali
dasar kesalehan dan ketakwaan.
Persaudaraan
dan Persamaan Umat Manusia
Sesudah membahas masalah persaudaraan
dalam Islam, Surah Al Hujurat meletakkan dasar persaudaraan dan persamaan umat
manusia. Surah ini menumbangkan rasa dan sikap lebih ungul semu lagi bodoh,
yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan nasional.
Karena umat
manusia sama-sama diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, maka sebagai
makhluk manusia, semua orang telah dinyatakan sama dalam pandangan Allahswt.
Harga seseorang tidak dapat dinilai
oleh warna kulitnya, jumlah harta miliknya, oleh pangkatnya atau kedudukannya
dalam masyarakat, keturunan atau asal-usulnya, melainkan oleh keagungan
akhlaknya dan keturunan manusia, tidak lain hanya suatu keluarga belaka.
Pembagian suku-suku bangsa,
bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan untuk memberikan kepada
mereka saling pengertian yang lebih baik, terhadap satu-sama lain agar mereka
dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik
bangsa-bangsa itu masing-masing.
Pada
peristiwa Haji Wada (haji
terakhir) di Makkah, tidak lama sebelum Rasulullahsaw wafat, beliau berkhutbah di hadapan sejumlah
besar kaum muslimin dengan mengatakan: “Wahai sekalian manusia! Tuhan-mu itu
Esa dan bapak-bapakmu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan
kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putihsekali-kali tidak
mempunyai kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya,
seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apa pun di atas orang berkulit
putih melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan
kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia di antara kamu
sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa di antaramu.”
(Baihaqi).
Sabda agung ini
menyimpulkan cita-cita paling luhur dan asas-asas paing kuat. Di tengah suatu
masyarakat yang terpecah-belah dalam kelas-kelas yang berbeda itulah,
Rasulullahsaw mengajarkan asa yang sangat demokratis.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu
bangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu dapat saling mengenal.
Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.”
(Surah Al Hujurat, 49: 14)