Hari Ayah: Menghargai Sosok yang Tak Selalu Hadir, Namun Selalu Dirindukan


sumber: https://tebuireng.online/peluk-terakhir-ayah/


Oleh Budi Nur Salekhah | Mahasiswa Semester 3 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, STAI Al-Fatah

Hari Ayah Nasional di Indonesia diperingati setiap tanggal 12 November. Momentum ini mengingatkan kita bahwa figur ayah bukan sekadar posisi dalam keluarga, tetapi juga sumber rasa aman, teladan, dan kasih sayang yang sering kali tidak disadari keberadaannya.

Namun tidak semua orang tumbuh dengan pengalaman yang sama. Termasuk saya, seorang anak yang tidak pernah benar-benar merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah.


Ketidakhadiran yang Justru Mengajarkan Banyak Hal

Bagi banyak orang, ayah adalah rumah kedua. Namun bagi sebagian lainnya, seperti saya, ayah adalah ruang kosong yang terus diisi oleh pertanyaan:

“Bagaimana rasanya dipeluk ayah?”

“Bagaimana rasanya diperjuangkan oleh seorang ayah?”

Justru dari ketidakhadiran itulah saya belajar bahwa setiap anak berhak disayangi, didengar, dan dipercayai. Bahwa cinta seorang ayah bukan hanya tentang sosok biologis, tetapi tentang kehadiran, perhatian, dan keberpihakan.


Makna Hari Ayah Bagi Mereka yang Tidak Punya Ayah

Hari Ayah tidak harus menjadi hari yang menyedihkan. Justru ini adalah kesempatan untuk:

1. Mengakui luka lama dengan cara yang sehat

Tidak semua hubungan orangtua–anak berjalan ideal. Mengakui bahwa “saya rindu ayah” adalah bentuk keberanian, bukan kelemahan.

2. Menghargai figur pengganti ayah

Kadang kasih sayang datang dari guru, paman, kakak, tetangga, atau bahkan dari ibu yang berjuang dua kali lebih berat. Mereka semua patut diapresiasi.

3. Menyadari bahwa kasih sayang bisa kita bangun sendiri

Ketidakhadiran ayah membuat sebagian dari kita terdorong menjadi individu yang lebih kuat, lebih peka, dan lebih menghargai hubungan manusia.


Harapan yang Tidak Pernah Padam

Walau saya tumbuh tanpa dekapan ayah, harapan itu tidak pernah hilang. Saya tetap percaya bahwa kasih sayang seorang ayah, entah dari ayah kandung, ayah sambung, atau figur lain adalah sesuatu yang patut dirindukan.

Saya tetap mengharapkan kasih sayang itu. Bukan untuk mengulang masa lalu, tetapi untuk merawat hati yang ingin merasa lengkap.


Penutup: Hari Ayah untuk Semua Anak

Hari Ayah bukan hanya hari bagi mereka yang tumbuh di pangkuan ayah, tetapi juga bagi mereka yang tumbuh tanpa pelukan ayah, namun tetap kuat berdiri.

Untuk semua anak yang kehilangan, merindukan, atau berharap:

kita semua berhak dicintai.

Kita semua berhak didengar.

Dan kita semua berhak mendapatkan kasih sayang seorang ayah, baik dari sosok yang pernah hadir, sedang hadir, atau akan hadir suatu hari nanti.



Lebih baru Lebih lama