Pentingnya Sex Education Untuk Anak

Foto: penulis

Oleh Falah Al Khumaeroh Zahroh | Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Al Fatah, Cileungsi, Bogor

Masih minimnya sex education (pendidikan seks) pada anak di Indonesia saat ini merupakan masalah yang sangat pelik. Adat ketimuran yang kental ditambah dengan unsur agama yang ketat membuat sebagian besar orang beranganggapan bahwa sex education merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.  

Padahal, membekali anak dengan pendidikan seks yang memadai sangat penting untuk membantu anak memahami batas-batas norma, sehingga melindunginya dari resiko pelecehan hingga penyimpangan seksual.

 Banyak orangtua merasa bingung atau tidak tahu bagaimana memulai mengajarkan pendidikan seks kepada anak. Satu hal yang perlu Anda ingat adalah sex education pada anak berbeda halnya dengan mengajarkan anak melakukan seks.

Sex education adalah pengetahuan bagi anak untuk mengenali fungsi tubuhnya, memahami etika, norma sosial dan norma agama serta konsekuensi dari setiap perbuatannya. Tanpa edukasi seks, rasa penasaran pada anak dapat mengakibatkan ia mengambil keputusan yang tidak bijaksana saat mengeksplorasi seksualitasnya.

 Berikut beberapa poin penting yang perlu disampaikan saat memberikan pendidikan seksual pada anak: 

 Pertama, Beri tahu bagian tubuh dan fungsinya. Sebelum masuk usia remaja, berikan edukasi seks mengenai area tubuh. Seperti pengenalan fungsi alat kelamin dan berbagai bagian tubuh lainnya. Di samping itu, sampaikan pada anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuhnya tanpa izin, baik teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya dan beritahu anak bahwa bagian-bagian tubuh tertentu sebaiknya tidak disentuh oleh siapapun.

Kedua, Pubertas yang akan dialami. Sebelum memasuki masa puber, tidak ada salahnya sebagai orangtua untuk menjelaskan apa saja perubahan pada tubuh nantinya. Seperti akan terjadinya menstruasi pada anak perempuan, terjadinya perubahan suara dan mimpi basah pada anak laki-laki. 

 Biasanya memasuki usia 9 atau 10 tahun pubertas akan dimulai, jelaskan padanya bahwa semua perubahan ini adalah hal yang normal dan tidak perlu malu atau takut jika fase ini terjadi.

Ketiga, Aktivitas seksual. Pada fase pubertas, remaja mungkin sudah mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis. Maka dari itu, sudah sepatutnya bagi orangtua mulai mengajarkan kepada anak mengenai batasan batasan dengan lawan jenis. 

                                                                                  Sampaikan pada anak bahwa aktivitas tersebut hanya boleh dilakukan saat sudah menikah dan anak seusianya tidak sepatutnya melakukan aktivitas tersebut. Sampaikan risiko yang mungkin dialami oleh anak seusianya jika melakukan aktivitas tersebut.

Keempat, Kekerasan dan pelecehan seksual. Sejak anak berada di sekolah dasar, berikan pemahaman mengenai pelecehan seksual dengan bahasa yang mudah dimengerti.

 Jelaskan bahwa anak sudah harus bisa melindungi diri sendiri. Seperti, berteriak meminta tolong ketika ada orang yang berniat jahat atau menggodanya. Jelaskan pula bahwa segala macam seks atas dasar paksaan adalah bentuk pemerkosaan dan pelecehan seksual, tidak peduli pelaku adalah orang asing maupun yang mereka kenal baik.

 Kelima, Tanamkan pendidikan Agama. Sebagai orangtua sangatlah berkewajiban untuk menanamkan pendidikan kepada anak, jelas hal ini bersangkutan dengan sex education. 

Dengan ditanamkannya pendidikan agama yang baik dan benar, anak akan mengetahui batasan - batasan antara lawan jenis yang sangat dilarang oleh Tuhan dan agama. 

Sebagai orangtua, pahamilah bahwa perkembangan diri, kesehatan, dan pertumbuhan anak jauh lebih penting dari rasa canggung yang muncul.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu Anda:

Pertama, Membelikan buku. Jika Anda merasa kesulitan memberikan edukasi seks dengan bahasa sendiri, coba untuk menjelaskannya dengan bantuan buku. Belilah buku yang membahas soal pubertas dan seksualitas khusus untuk anak seusianya. Mulai perlahan dengan mengenalkan bagian tubuh pada pria dan wanita. Setelah itu, baru mulai bahas batasan-batasannya.

Kedua, Menciptakan suasana yang nyaman untuk berdiskusi. Sebagai orangtua, Anda adalah orang dewasa yang sebaiknya merangkap sebagai teman diskusi anak mengenai berbagai hal, termasuk seks.

Maka dari itu, saat memberikan edukasi mengenai seks kepada anak atau remaja, ciptakan suasana yang nyaman. Sebagai contoh, sampaikan pendidikan seksual saat suasana hatinya sedang baik atau saat sedang bersantai bersama. 

Biarkan pembicaraan tentang topik ini mengalir dengan alami. Lalu, usahakan untuk tidak berbelit-belit. Mengapa? Saat Anda sendiri kebingungan untuk menyampaikan informasi mengenai topik ini, anak mungkin kehilangan minat, bahkan salah tangkap.

 Ketiga, Memberikan pendidikan seks secara berkala. Tak perlu menjejali anak dengan berbagai hal dalam sekali diskusi. Usahakan untuk membicarakan satu topik tertentu dalam setiap kesempatan. Dengan begitu, anak jadi punya kesempatan untuk menyerap dan mengingat informasi yang didapat.

 Apabila suatu hari anak bertanya soal seks, jangan tunjukkan rasa kaget atau amarah pada anak. Anak akan merasa terancam dan segan untuk bertanya pada Anda di kesempatan berikutnya.

Tetap tenang dan tanyakan baik-baik dari mana anak mendengar hal tersebut, jangan gunakan nada yang menuduh atau menginterogasi. Kemudian, berikan penjelasan yang memadai. Setelah itu pastikan bahwa anak sudah memahami jawaban Anda.

Keempat, Berikan banyak perhatian dan waktu luang. Sebagai orangtua, Anda adalah orang dewasa yang sebaiknya merangkap sebagai teman diskusi. Anda harus sering meluangkan waktu untuk anak anda, meski hanya sekedar menanyakan bagaimana kabarnya disekolah atau sekedar mengajaknya melakukan aktivitas ringan bersama. 

Jelas hal kecil tersebut akan memberikan sentuhan kecil dihatinya dan akan membentuk persepsi di dalam dirinya bahwa orangtuanya dapat ia jadikan teman berbagi. []

Yuharriska

Jurnalis Bashirah Media

Lebih baru Lebih lama