Ratusan Manuskrip Aceh Dikonservasi Perpusnas RI


BASHIRAHNEWS.COM, BANDA ACEH - Tim Pusat Preservasi Naskah Kuno dan Alih Media Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI melakukan konservasi terhadap 150 manuskrip Aceh milik kolektor Aceh, Tarmizi Abdul Hamid.


"Perpusnas memiliki kewajiban untuk melestarikan manuskrip yang ada di Nusantara khususnya manuskrip asli. Maka tahun ini kami diamanahkan untuk melakukan konservasi di Rumoh Manuskrip Aceh," jelas Leni Sudiarti, S.Si, tim Pustakawan Ahli dan Preservasi Naskah Kuno Perpusnas RI.


Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut, mulai 22 hingga 24 Maret 2021 di kediaman Tarmizi Rumoh Manuskrip Aceh, Jln Seroja No.8A gampong Ie Masen Kayee Adang Banda Aceh, akan melakukan proses kegiatan berupa perbaikan fisik naskah dengan membersihkan seluruh lembaran naskah disemprot dengan bahan anti jamur dan noda kemudian dikeringkan, lalu ditambal sambung karena mengalami kerusakan yang parah.


Kemudian dilanjutkan ke proses penjilidan serta dimasukkan ke cover box sesuai ukuran naskah itu sendiri, dimana cover box telah diberi sampul dengan menggunakan berbagai bahan khusus yang semua ini didatangkan dari luar negeri. 


Berdasarkan kerusakan yang ditemukan, Leni mengungkapkan, naskah kuno milik Tarmizi ada yang rusak berlubang-lubang atau robek karena usang ditelan usia ratusan tahun dan juga disebabkan oleh jamur.


Cek Midi sapaan Tarmizi Abdul Hamid menjelaskan, pelestarian manuskrip seperti ini sangat penting dilakukan agar buah karya guratan pena ulama lintas zaman ini tetap utuh sepanjang masa. Yang dimaksudkan dengan ulama lintas zaman kata Cek Midi, yaitu walau leluhur orang Aceh sudah dipanggil oleh Allah 400 tahun yang silam, namun karya monumental dan masterpiece mereka tetap melambung tinggi seantero nusantara bahkan dunia. Nama dan karya intelektual islam Aceh ini hingga kini selalu menjadi referensi keilmuan yang telah digoreskan pada kertas -kertas yang dipesan khusus dari tanah Eropa pada era puncak Gilang - gemilang Aceh Darussalam pada eranya.


"Begitulah alasan saya sendiri memberi motto Manuskrip Aceh ini sebagai Pelita Yang Tidak Pernah Padam," katanya.


Cek Midi menceritakan, salah satu alasan dan niat yang terbesit untuk menyelamatkan naskah kuno Aceh itu penting dilakukan, ketika dirinya menemukan khazanah keilmuan ini banyak tersimpan di museum-museum dan perpustakaan terkenal di luar negeri.


Ia juga menuturkan, pengumpulan manuskrip Aceh sudah dilakoninya sejak tahun 1995 namun pada tahun 2004 beberapa manuskrip hilang karena bencana alam yakni tsunami. Tapi bencana tersebut tak menyurutkan niatnya untuk mengumpulkan dan merawat kembali naskah kuno Aceh hingga berlangsung saat ini. Manuskrip yang dimilikinya ada yang ditempatkan di pameran dunia melayu Islam termasuk Brunei Darussalam. 



Kebanyakan manuskrip yang ia dapat banyak berasal dari Aceh Besar, karena Aceh Besar merupakan tuan rumah dari kerajaan Aceh Darussalam, dan orang-orang terdahulu banyak menyimpan manuskrip di rumah-rumah dalam keadaan yang tidak terjaga dan terbengkalai. Kemudian ada yang dibawa pulang dari luar negeri, dan pemberian dari orang Aceh sendirian yang tinggal di luar Aceh.


Ratusan manuskrip yang dikumpulkan oleh Cek Midi untuk direstorasi ada yang berupa mushaf Quran, tafsir, ilmu fiqih, tasawuf, astronomi, ibadah, doa-doa, syair, nazam dan teknik-teknik pengobatan masa lampau, semua terangkum dalam khazanah ilmu pengetahuan.


"Maka kita kumpulkan dan bersihkan kembali manuskrip ini agar menjadi ilmu pengetahuan bagi cucu kita nantinya," katanya.[]


Lebih baru Lebih lama