Untuk menyebarkan berita bohong, setan memiliki cara yang
halus dan licik. Dia tidak membisikkan ke hati manusia yang menjadi
perpanjangan lidahnya untuk menyebarkan berita yang seluruhnya dusta. Tetapi
dia menyelipkan berita yang benar di tengah tumpukan segudang kedustaan.
Sehingga ada alasan untuk membela diri bahwa yang dikatakannya tidak semuanya
salah, tapi ada juga yang benar.
Alasan lain, pihak yang digosip tidak marah, bahkan
merasa senang. Seperti terjadi hari ini, banyak artis malah bangga menjadi
obyek gosip, meski isinya miring. Kadang-kadang justru membuat sensasi agar
digosipkan demi mendongkrak ketenarannya. Seperti pepatah Arab ‘bul zam-zam fa
tu’raf’, kencingilah zam-zam niscaya engkau akan terkenal. Alasan ini tidak
merubah status larangan menggosip orang, menceritakan semua kabar yang
didengar.
Nabi SAW memvonis orang yang gemar menceritakan setiap
kabar yang didengarnya dengan predikat ‘pendusta.’ Nabi SAW bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan dusta
jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim).
Mengapa orang yang menceritakan semua yang didengarnya
divonis sebagai pendusta? Karena tidak setiap kabar yang sampai kepadanya itu
fakta yang benar-benar terjadi. Besar kemungkinan bahkan pasti ada diantaranya
yang ternyata dusta. Jika dia menceritakan semua yang didengarnya, berarti ada
juga berita dusta yang dia ceritakan kepada orang lain, maka jadilah dia
pendusta.
Di sisi lain, ada informasi yang meski benar namun tidak
boleh diceritakan kepada orang lain. Seperti berita tentang aib maupun rahasia
orang lain. Inilah yang disebut dengan ghibah. Nabi SAW bersabda, “Tahukah
kalian, apakah ghibah itu? Ghibah adalah ketika engkau menceritakan tentang
saudaramu apa yang tidak dia sukai?”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana menurut Anda jika
apa yang kami katakan memang ada pada saudaraku itu?” Beliau menjawab, “Jika
apa yang kamu katakan benar, maka berarti engkau telah menghibahnya, dan jika
yang kamu katakan tidak ada padanya maka berarti engkau telah berdusta
tentangnya.” (HR. Muslim).
Kegiatan ‘memakan bangkai’ saudaranya dan mengumbar
gosip, menyebarkan kabar burung dan rumor dianggap sebagai menu yang renyah
oleh kebanyakan orang. Ada yang bertujuan untuk menjatuhkan kehormatan, sekedar
mengisi waktu atau untuk menghibur diri, “Dan kamu menganggapnya suatu yang
ringan saja, padahal di sisi Allah adalah besar.” (Qs. an-Nuur: 15).
Karena itu, berhati-hatilah dengan gosip, sebab bisa jadi
ketika seseorang sedang menggosip, sebenarnya ia sudah dipengaruhi oleh Al-Masuth
(setan penyebar gosip), wallahu’alam.[BA]