Foto bersama presidium AWG bersama para narsumber dalam diskusi yang digelar AWG ,pada selasa 7/10.
foto by Dokumentasi AWG
BASHIRAHNEWS.COM, BOGOR - Aqsa Working Group (AWG) menyelenggarakan diskusi publik bertajuk "2 Tahun Thufan al-Aqsa & Rencana Trump" di Ruang Diskusi Gedung Rasil , Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (7/10).
Sebagai bentuk konsistensi mereka dalam mengawal isu kemerdekaan Palestina. Kegiatan ini digelar untuk menggugah kembali kesadaran umat Islam dan masyarakat luas terhadap kezaliman yang terus terjadi di Gaza.
Dua tahun berlalu sejak dimulainya Thufan al-Aqsa, sebuah momentum yang membuktikan bahwa rakyat Palestina tidak pernah menyerah terhadap penjajahan Zionis. Bagi AWG, ini bukan hanya perlawanan bersenjata, melainkan juga perlawanan naratif melawan dominasi opini global yang kerap menyesatkan.
Keberhasilan pejuang Palestina dalam menewaskan dan melukai lebih dari 10.000 tentara Israel—menurut laporan media penjajah sendiri—membuktikan bahwa kekuatan rakyat tak dapat diremehkan. Sementara itu, genosida terhadap warga sipil di Gaza terus berlangsung, dengan korban jiwa yang telah melampaui 63.000 orang.
Dalam forum tersebut, AWG bersama para narasumber membongkar kepalsuan retorika “solusi damai” yang selama ini dikampanyekan Barat. Rencana Donald Trump dianggap sebagai skenario politik yang hanya melanggengkan penjajahan dan menyingkirkan hak-hak sah rakyat Palestina.
foto by Dokumentasi AWG
Mantan diplomat RI, PLE Priatna, menilai dunia terjebak dalam solusi dua negara yang hanya menguntungkan Israel. “Dari sekian negara tidak ada yang bisa menghentikan keberutalan Israel… Bagaimana kita percayai Trump lagi?” ujarnya, menyuarakan kegelisahan terhadap tumpulnya keadilan internasional.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Presidium AWG, M. Anshorullah, menyoroti dua sisi yang sangat kontras dalam konflik Palestina. “Ada dua hal yang sangat bertolak belakang… Di satu sisi ada kejahatan yang ditontonkan oleh kita, tapi di sisi lain kita melihat bagaimana heroiknya bangsa Palestina,” katanya.
Fathur Rohman dari Global Sumud Flotilla menyampaikan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti di ruang diskusi. “Kita akan melahirkan flotilla-flotilla lain lagi, dan meminta kepada rakyat Indonesia, terkhusus kepada para anak mudanya untuk mendukung dan menyokong untuk menjadi bagian dari sejarah,” tegasnya.
Diskusi ditutup dengan sorotan pada lemahnya keterlibatan publik Indonesia dalam gerakan kemanusiaan global untuk Palestina. “Seharusnya narasi pimpinan mampu menggerakkan kita. Bergerak berjamaah, bebaskan Masjid Al-Aqsa dan Palestina,” demikian seruan yang mengakhiri forum, menggantikan narasi pasif dengan semangat aksi nyata. (Budi Nur Sholehah)