Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perspektif Ismail Raji al-Faruqi


sumber: google


Oleh Nadawatul Azkia | Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.

 

Ismail Raji al-Faruqi adalah seorang cendekiawan Muslim yang terkenal dengan gagasannya mengenai islamisasi ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern, yang didominasi oleh perspektif Barat, perlu diislamisasi untuk menciptakan suatu sistem pengetahuan yang sejalan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Artikel ini akan membahas konsep islamisasi ilmu pengetahuan menurut perspektif Ismail Raji al-Faruqi, serta implikasi dan tantangan yang terkait dengan penerapannya.


Al-Faruqi mendefinisikan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai proses mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam ke dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Menurutnya, ilmu pengetahuan modern sering kali bersifat sekuler dan terpisah dari nilai-nilai moral dan spiritual. Al-Faruqi berpendapat bahwa hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dan krisis dalam peradaban manusia. Oleh karena itu, ia mengusulkan bahwa ilmu pengetahuan harus direkonstruksi dengan pendekatan yang holistik dan komprehensif, yang mencakup dimensi spiritual dan moral.


Islamisasi ilmu pengetahuan memiliki berbagai implikasi penting bagi dunia pendidikan dan penelitian. Proses ini dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih holistik dan integratif, yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif tetapi juga pada perkembangan moral dan spiritual siswa. 


Selain itu, ilmu pengetahuan yang diislamisasi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi masalah-masalah global dengan pendekatan yang berlandaskan etika dan keadilan.


Terdapat beberapa tantangan dalam penerapan konsep ini. Salah satunya adalah resistensi dari kalangan akademik yang mungkin melihat islamisasi ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk menggantikan atau merombak ilmu pengetahuan modern yang sudah mapan. 


Proses islamisasi juga memerlukan upaya kolaboratif yang melibatkan para ulama, akademisi dan ilmuwan untuk mencapai keselarasan antara ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai Islam.


Secara historis, gagasan atau ide islamisasi ilmu pengetahuan muncul dan diselenggarakan konferensi dunia yang pertama membahas pendidikan islam di Makkah pada tahun 1977. King Abdul Aziz University memprakarsai konferensi dan berhasil membahas 150 makalah dari 40 negara yang ditulis oleh sarjana-sarjana, dan merumuskan rekomendasi untuk pembenahan serta serta penyempurnaan sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh umat Islam seluruh dunia. 


Salah satu gagasan yang direkomendasikan adalah menyangkut islamisasi ilmu pengetahuan. Gagasan ini di antaranya dilontarkan oleh Syed M. Naquib al-Attas dengan makalah yang berjudul “Preliminary Thoughts on the Nature of Knowledge and the Definition and Aims of Education” dan Ismail Raji al- Faruqi dalam makalahnya “Islamicizing social science”.


Ismail Raji al-Faruqi memberikan kontribusi penting dalam diskursus mengenai islamisasi ilmu pengetahuan. Gagasannya menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai Islam untuk menciptakan sistem pengetahuan yang lebih holistik dan bermakna. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, islamisasi ilmu pengetahuan memiliki potensi besar untuk memperkaya peradaban manusia dengan pendekatan yang lebih etis dan berimbang. Oleh karena itu, upaya untuk mewujudkan islamisasi ilmu pengetahuan harus terus didorong dan dikembangkan.[]

 

Lebih baru Lebih lama