Muslimah di Penjara Israel

 


Oleh Arif Ramdan | Aktivis Aqsa Working Group (AWG) Indonesia

SEJAK awal Intifadah tahun 2000 tidak kurang dari 700 muslimah Palestina mendekam di penjara pendudukan Israel dan saat ini jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 4 ribuan lebih tahanan, seperti dilaporkan Palestinian Prisoners Society (PPC). Kelakuan penjajah tersebut telah menempatkannya pada posisi ‘negara’ yang melakukan penahanan tertinggi di dunia sejak tahun 1976.  

Salah satu organisasi kemanusiaan yang konsen membela hak-hak tahanan dan muslimah Palestina, Addameer, melaporkan selama 50 tahun terakhir diperkirakan 10.000 wanita Palestina telah ditangkap dan ditahan dibawah perintah militer Israel. Muslimah Palestina biasanya ditahan terutama di penjara Hasharon dan Damon. Kedua penjara ini terletak di luar wilayah pendudukan sejak tahun 1967.

Hingga Mei 2008 lebih dari 9.080 tahanan politik Palestina tetap berada di penjara-penjara Israel. Jumlah yang cukup banyak ditahan tanpa tuduhan atau proses peradilan. Apa yang dilakukan Israel jelas melanggar Pasal 76 Konvensi Jenewa, namun dunia dan para pengagum hak asasi manusia kompak diam, tidak bersuara atas apa yang terjadi di Palestina.

Israel juga mengabaikan hak medis bagi wanita Palestina yang ditahan di sel-sel bawah tanah dengan ventilasi yang tidak memadai dan hewan melata yang menggangu kenyamanan muslimah di penjara yang gelap dan dingin. Muslim Palestina kerap mendapatkan pelecehan dari serdadu Israel, kamera pemantau juga langsung diarahkan ke kamar-kamar tahanan dan menambah derita psikologis muslimah di penjara penjajah.

Apa yang terjadi kepada muslimah Palestina saat ini dan itu berlangsung sejak puluhan tahun tidak menjadi perhatian serius para pengagum isu-isu gender dan hak-hak kaum perempuan. Di Indonesia informasi seputar derita muslimah Palestina juga luput dari perhatian, hanya isu perang dan penderitaan korban perang yang sering diangkat dan mendongkrak jumlah donasi bantuan kemanusian dari berbagai belahan negeri ke Palestina.

Teladan al-Mu’tasim

Sepinya informasi derita muslimah Palestina di penjara Israel akibat minimnya sumber resmi tentang mereka selama pendudukan. Bersyukur era teknologi informasi yang terus berkembang perlahan membuka tabir biadabnya Israel kepada muslimah Palestina. Laporan-laporan lembaga kemanusian di Palestina yang terus merilis laporan keadaan muslimah di penjara mulai membuka mata dunia, bahwa pendudukan itu kejam adanya.

Siapa yang mendengar rintihan muslimah Palestina saat ini? tentu kita yang memiliki hati nurani dan semangat membela saudaranya di negeri yang jauh. Khalifah al-Mu’tasim Billah tercatat dalam tinta emas sejarah telah menyahut rintihan seruan muslimah dari Bani Hasyim yang kehormatannya diganggu oleh orang Romawi di tahun 833M. Muslimah tersebut memanggil al-Mu’tasim dengan seruan lafadz yang legendaris: “waa Mu’tashimaah!” yang juga berarti “di mana kau Mutashim…tolonglah aku!” Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah untuk melindungi harga diri seorang muslimah.

Dikisahkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah sebagaimana dinukilkan dalam Kitab al-Kami Fi al-Tarikh karya Ibn Al Athir.

Narasikan Derita Muslimah

Untuk menyelamatkan muslimah di Palestina tidak mesti mengulang sejarah yang ditoreh Khalifah al-Mu’tasim Billah. Narasikan dan informasikanlah kepada dunia bahwa derita muslimah Palestina belum berakhir, tulis derita itu dengan banyak ragam pada konten multimedia. Adakah kegiatan-kegiatan webinar atas isu-isu muslimah Palestina seperti yang sudah dilakukan oleh Dewan Ulama Palestina melalui Konferensi Umat Islam Untuk Penyelamatan Tahanan Muslimah di Penjara Zionis pada Rabu, 22 Desember 2021. Delegasi Indonesia pada konferensi tersebut dihadiri oleh perwakilan Aqsa Working Grup dengan rekomendasi pelaksanaan doa qunut nazilah bagi pembebasan tahanan muslimah Palestina.

Aksi-aksi demikian telah dapat membuka informasi lengkap tentang kondisi muslimah di penjara pendudukan. Kegiatan tersebut harus terus disuarakan khususnya di Indonesia--yang memiliki utang budi kepada Palestina di awal kemerdekan--agar dunia tahu bahwa kekejaman pendudukan itu nyata adanya dan harus segera dihentikan.

Wahai para muslimah dan kaum perempuan di muka bumi yang peduli terhadap kemanusiaan, lihatlah di penjara yang gelap dan di sel-sel bawah tanah genoside bagi lahirnya generasi Bangsa Palestina sedang berlangsung, sementara negara penggagas human right dan negeri-negeri arab lainya diam seribu bahasa atas apa yang diderita muslimah di penjara Israel.

Kiranya patut kita renungkan kembali apa yang disabdakaan Baginda Rasulullah Saw bahwa kita dan muslim yang lain adalah satu tubuh yang saling menjaga dan melindungi. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim). []

Lebih baru Lebih lama