Negeri Van Oranje

Foto: google


Novel ini merupakan cerita perjalanan persahabatan yang didalamnya terdapat suka-duka mereka hidup di negeri orang yang tidak seindah dalam foto. Serta novel ini juga mirip dengan travel guide karena dalam setiap akhir bab dalam novel diselipkan tips-tips mengenai kehidupan di Belanda.

Tema yang diangkat dalam novel Negeri Van Oranje yaitu tentang Pesahabatan lima sekawan yang terdiri dari Lintang, Wicak, Daus, Banjar dan Geri, Kelima orang tersebut akhirnya membentuk sebuah kelompok bernama AAGABAN yang didalamnya juga terdapat kisah percintaan dari kelima Aagaban tersebut, Selain itu juga terdapat unsur pendidikan di dalamanya.

Novel negeri Van Oranje menggunakan bahasa yang beragam, sehingga kadang menyulitkan pembaca dalam memahami suatu kata, misalnya saja kata dalam bahasa Belanda. Untuk kedepannya diharapkan buku ini dapat disertai dengan arti dalam bahasa Indonesianya. 

Wahyuningrat, merupakan orang pertama dari kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit yang bisa masuk ke istana, untuk bersalaman sekaligus mengobrol dengan Ratu Belanda. Ia serta beberapa teman sekelasnya terpilih untuk menghadiri undangan The Fifth Anniversary of the Prince Claus Chair in Development and Equity di Paleis Noordeinde, The Haque.

Menurutnya tinggal di negeri orang itu harus bisa dalam segala hal, dengan beragam cara harus dilakukan untuk survive. Mulai dari pekerjaan yang menguras tenaga, ataupun sebagai pelayan restoran Indonesia yang membuatnya mendadak kaya karena kebanjiran tip pelayanan, bahkan yang paling mengherankan saat menjadi pelajar miskin di negeri orang yaitu dia bisa kuat antri bolak-balik tujuh kali untuk dapat makan kentang goreng khas Belanda yang saat itu sedang berlangsung perayaan bagi-bagi gratis.

Annisa Rijadi, mengatakan jika akhir bulan itu merupakan saat paling sulit sedunia, karena biasanya kalau kantong kering menjadi kurang bersemangat dalam menyambut weekend. Untungnya Ia dan teman-teman dekatnya sama-sama memiliki Pathe Unlimited, yaitu suatu kartu anggota bioskop Pathe. 

Dengan membayar abonemen 17 euro per bulan maka dapat menonton sampai puas, namun setelah menonton mereka menginginkan kopi tetapi tidak memiliki uang, merekapun baru sadar ternyata salah satu film yang mereka tonton tengah menawarkan sebuah promo. Bahwa, jika menonton film tersebut maka akan mendapatkan kopi gratis. Tanpa berpikir panjang langsung saja mereka membeli tiket karcis film yang promo tersebut. “Mubazir kalau engga dipakai” katanya. 

Rizki Pandu Permana, hidup di Belanda berarti harus siap dengan beberapa hal yang mahal, kata penulis. Dengan uang beasiswa yang terbatas keinginan buat jalan-jalan keliling Eropa hanya bisa disiasati dengan menghemat. 

Namun menurut penulis, ia bukanlah tipe orang yang bisa menghemat apalagi harus mengirit makan, maka dengan mencari pekerjaan tambahan adalah salah satu solusinya. 

Adapun beberapa pekerjaan yang pernah dilakukanya yaitu Cleaning Service dan pelayan di restoran. Menurutnya banyak suka dan dukanya ketika bekerja, sukanya yaitu ketika mendapat gaji yang cukup besar, yang membuatnya merasa beruntung, bayangkan saja kerja hanya membersihkan WC selama 2 jam sehari mendapat gaji kurang lebih sama dengan 4 juta rupiah sebulan. Adapun dukanya yaitu ketika menjadi pelayan restoran dadakan di pasar malam sempat tidak dibayar, karena pemiliknya menghilang begitu saja. Dan yang membuat penulis dan teman-temannya semakin kesal yaitu pemilik restorannya adalah orang Indonesia, sungguh tega memang.

Adept Widiarsa, setelah seminggu berdiam di Den Haag, akhirnya penulis cukup beruntung berrhasil menemukan empat sepeda rongsokan yang dipungut di tong sampah sebuah apartemen elite di Scheveningen. Lahirlah sebuah sepeda gado-gado cantik bewarna abu-abu, lumayan punya sepeda gratisan. Dengan aksesoris lampu dan tas bagasi gratisan hijau bertuliskan ”Konmar” jadilah si Releigh teman setia yang menemani perjalanan studi Penulis. 

Hingga pada suatu malam setelah penulis mengunjungi seorang teman yang tinggal di Centraal Station Den Haag, ditempat parkir seperti biasa penulis menyiripkan matanya mencari secarik warna hijau norak dari tas bagasi si Releigh namun dicari-cari tidak terlihat, ternyata si Releigh hilang. Sang penulis pun pulang sambil tertawa geli andai saja tempat parkirnya terang benderang. Akhirnya sambil tersenyum penulis mengejar trem terakhir sembari berdoa semoga si maling enggak keseruduk trem gara-gara si Releigh yang hampir sekarat.

Pertemuan lima orang pelajar karena perjalanan mereka terhambat oleh badai disebuah stasiun kecil di Amersfort, Belanda. Mereka adalah Daus, Wicak, Banjar, Gery, dan Lintang. Mereka semua adalah mahasiswa S2 di Belanda. 

Daus berkuliah di Utrecht dulunya merupakan seorang PNS Depag di Jakarta. Banjar seperti namanya berasal dari Kalimantan berkuliah di Rotterdam merupakan keturunan dari juragan bawang. Kemudian ada Gery cowok ganteng dan stylish berkuliah di Den Haag. Dan Wicak merupakan mantan aktivis illegal logging di pedalaman Kalimantan yang berkuliah S2 di Wageningen, IPBnya Belanda. Yang terakhir, Lintang, satu-satunya cewek diantara empat lelaki tersebut. Lintang berkuliah di Leiden. 

Novel ini mampu menarik minat pembaca, karena dapat memberikan kesan atau dapat membawa pembaca terbawa suasana dalam cerita tersebut. Selain ini juga memberi kita pandangan bahwa persahabatan itu unik.

Belum ada buku lain yang ditulis oleh pengarang. Novel Negeri Van Oranje merupakan buku pertama karangan Wahyuningrat, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana dan Adept Widiarsa. 

Novel Negeri van Oranje yang terbit pada tahun 2014 ini dengan sampul yang baru, merupakan novel sama yang terbit tahun 2009 lalu. Tebal halaman novel ini sekitar 547 yang bertemakan perjalanan sekelompok mahasiswa dibumbui dengan tips-tips hidup ala mahasiswa di negeri orang. [Ihsan Amir Ibrahim]


Data Buku

Judul Buku    : Negeri Van Oranje

Pengarang     :- Wahyuningrat

                          - Annisa Rijadi

                          - Rizki Pandu Permana 

                          - Adept Widiarsa

Penerbit          : Bentang Pustaka

Tahun Terbit  : September, 2010                

                            (Cetakan Kesembilan)


BACA JUGA: La Tahzan For Teens

Yuharriska

Jurnalis Bashirah Media

Lebih baru Lebih lama