Proses Memaknai Hidup

pict by Edo Muhammad Abdillah


Oleh Edo Muhammad Abdillah | Mahasiswa STAI Al Fatah Cileungsi, Bogor


JIKA tuhan membuat pertanyaan, mungkin hidup adalah proses mencari jawabannya.
Jika tuhan memberi pernyataan, mungkin hidup adalah cara untuk memahaminya.
Jika tuhan membuat petunjuk, mungkin hidup adalah petualangannya.
Dan jika tuhan menciptakan kehidupan, mungkin itu agar kita memaknainya.

Pernahkah anda mendengar seseorang menceritakan sebuah buku atau film yang menurutnya sangat bagus sehingga ia begitu bersemangat saat menceritakannya? Padahal saat kita tonton film atau baca buku itu, terlihat biasa saja. Mungkin bukan sekadar selera yang berbeda, namun bisa jadi cara memaknainya berbeda, ditambah faktor lainnya.

Pernahkan Anda begitu menyukai sebuah lagu? Sampai anda tidak sadar menangis atau spontan menari. Entah itu karena enak musiknya atau begitu dalam maknanya. Kita jadi bertanya-tanya mengapa Tuhan kejam mengkaruniai kita pikiran jika ujungnya kita repot memaknai suatu hal.

Begitu juga hidup menurut saya, begitu rumit untuk dibaca dan dimaknai tanpa kacamata. Entah itu kacamata agama, kemanusiaan, dan nilai lainnya. Namun yang pasti cara memaknai sesuatu tergantung isi kepala orang itu sendiri.

Apa gunanya berlian yang tergantung di dada yang tak berperasaan? Atau di telinga yang tuli? Atau di tangan yang tidak murah hati? Apa gunanya mencintai orang dari cara mata Anda melihat mereka, bukan karena siapa mereka sebenarnya?

Saya tidak lebih baik dari Anda karena agama, warna kulit, budaya, pendidikan, status, kekayaan, dll. Saya tidak, dan Anda juga tidak. Saya harus menerima, dan begitu juga Anda, bahwa ada perbedaan di antara kita sejak kita dilahirkan. Mengapa kita fokus pada perbedaan ini? Letakkan tangan Anda di tangan saya dan biarkan kita menerima bahwa perbedaan kita seharusnya tidak menghalangi kita bersatu untuk nilai-nilai yang mesti disatukan.

Jadi apa makna hidup ini? Apakah hidup bagimu adalah tentang mengumpulkan bunga mawar padahal begitu banyak duri di sekitarnya? Atau tentang melukis bulan di sebuah kanvas padahal cipratan darah yang abstrak bisa lebih bermakna dan tinggi harganya?
Siapa yang tahu? Saya tidak, dan anda juga tidak.
Saya harus menerima, begitu juga anda.

Kemudian apa makna tulisan ini? Saya tidak tahu, tapi anda bisa memaknainya tergantung isi kepala anda sendiri. Mana yang sering anda isi? Kepala? Hati? Perut? Atau dompet? Saya tidak tahu, tapi mungkin anda juga tidak ingin tahu. []
Lebih baru Lebih lama