Dalam sejarah Islam, ia dikenal memiliki ilmu dan adab istimewa yang dikaruniakan Allah kepadanya, menggantikan kebutaan matanya sebagai cahaya dalam pandangan dan pancaran di hati. Sehingga ia dapat melihat dengan mata hati, apa-apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala orang lain. Hatinya dapat mengetahui apa yang tersembunyi.
SUATU hari Rasulallah Shalallahu alaihi wa sallam menerima tamu dari kalangan para pembesar Quraisy, Ia berharap para tokoh itu dapat menerima kebenaran Islam sebagai agama yang hak.
Obrolan
Rasul dengan para pembesar Quraisy itu terjeda dengan kehadiran Abdullah bin
Umi Maktum yang telah beriman dan meyakini Islam sebagai jalan hidup.
Kehadiran Ibnu Ummi Maktum yang
buta kehadapan Rasulallah Shalallahu alaihi wassalam untuk mendapat petunjuk
dan membersihkan diri dari dosa, tetapi Rasulallah Saw tidak segera merespons
Ibnu Umi Maktum dan meminta untuk bersabar agar Rasul dapat melanjutkan
pembicaraan dengan para pembesar Quraisy dengan harapan mereka menerim Islam.
Kemudian Rasul berpaling dari Ibnu Umi Maktum dengan wajah masam dan
melanjutkan pembicaraan dengan tokoh-tokoh Quraiys saat itu.
Atas peristiwa ini, di mana Rasul
berpaling dan bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum, maka turunlah surat
Abasa. "Dia (Muhammad) bermuka masam
dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu
barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin)
mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada
(celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang
yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia
takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya." (QS Abasa: 1-10).
Sementara Rasul berharap para
pemuka Quraisya yang kaya dan berwibawa itu dapat dengan segera menerima
hidayah Islam. Allah Swt menurunkan surat Abasa sebanyak 42 ayat, berkaitan
dengan peristiwa Abdullah bin Ummi Maktum yang datang ke hadapan Rasulallah
Shalallahu alaihi wa sallam.
Siapa Abdullah bin Ummi Maktum? Ia
adalah anak dari seorang perempuan yang namanya disamarkan, yaitu Umi Maktum,
ibu dari seorang yang buta. Dalam beberapa pendapat disebutkan namanya yaitu
Atiqah. Kenapa nama Atiqah disembunyikan,
karena ketidakinginan diketahui memiliki anak yang buta, suatu keadaan
masyarakat Arab sebelum Islam. Abdullah
bin Ummi-Maktum berasal dari Suku Quraisy yang masih memiliki hubungan saudara
dengan Khadijah binti Khuwailid.
Abdullah bin Ummi Maktum adalah
muazin yang biasa bergantian dengan Sahabat Bilal bin Rabah. Oleh sebab itulah, Rasulullah
bersabda—terkait waktu sahur pada bulan Ramadhan, "Makan dan minumlah
kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan..."
Dalam sejarah Islam, ia dikenal memiliki
ilmu dan adab istimewa yang dikaruniakan Allah kepadanya, menggantikan kebutaan
matanya sebagai cahaya dalam pandangan dan pancaran di hati. Sehingga ia dapat
melihat dengan mata hati, apa-apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala
orang lain. Hatinya dapat mengetahui apa yang tersembunyi.
Bila Rasulullah SAW pergi ke
berbagai medan perang, dia selalu ditunjuk menjadi wakil beliau di Madinah,
mengimami shalat jamaah di mihrab beliau, dan berdiam di sebelah kiri mimbar
dengan khusyuk.
Ibnu Ummi Maktum mempunyai naluri
yang sangat peka untuk mengetahui waktu. Setiap menjelang fajar, dengan
perasaan jiwa yang segar ia keluar dari rumahnya, dengan bertopang tongkat atau
bersandar pada lengan salah seorang kaum Muslimin untuk mengumandangkan azan di
masjid Rasul.
Dia selalu bergantian azan dengan
Bilal bin Rabah. Jika salah satu dari mereka berdua azan, maka yang lainnya
bertindak mengumandangkan iqamat. Namun Bilal mengumandangkan azan semalam
untuk membangunkan kaum Muslimin, sedangkan Ibnu Ummi Maktum mengumandangkannya
waktu Subuh.
Pada saat Perang Qadisiyah di Irak
tahun 636 Masehi atau tahun ke 14 Hijriyah, ia turut berjihad sebagai pembawa
panji pasukan berwarna hitam. Dialah seorang buta pertama yang turut berperang
dalam sejarah peperangan Islam dan sahid dalam perang Qadisiyah yang dipimpin Sa`ad
bin Abi Waqqas. [Muhammad Rizky R]