 |
| Syahrus Sidieq |
Oleh Syahrus Sidieq | Mahasiswa STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor
TAK ASING bagi kita dengan kata 'cemburu', bahkan seorang bayi pun telah bisa mempraktikkan apa itu cemburu, seperti saat ibunya tidak memerhatikannya atau sedang sibuk dengan urusan lain, bayi itu akan menangis untuk mencuri perhatian sang ibu dan menjadi tanda bahwa si bayi sedang cemburu.
Cemburu adalah rasa takut, takut akan kehilangan apa yang ia miliki. Rasa sayang akan suatu hal yang ia punya dan tak ingin dimiliki yang lain, baik anak kecil terhadap ibunya, orang tua terhadap anaknya atau pun para remaja yang sedang di mabuk cinta, di mana mereka sering terbakar api cemburu saat melihat orang yang ia cintai berbicang atau bercanda dengan orang lain.
Bukan hanya manusia yang merasakan cemburu, Allah SWT juga cemburu kepada hambaNya yang lebih mencintai dunia daripada cintanya kepada Allah.
Tidak saja cemburu terhadap adanya ibadah-ibadah yang sengaja dipersembahkan oleh manusia kepada selainNya, namun Allah juga cemburu jika hidup, mati, sehat, sakit, kaya, miskin, muda, renta, gerak, diam, keputusan dan tindakan umatnya tidak diniatkan kepada kehadiratNya semata.
Rasulullah bersabda,
"Tidak ada siapa pun yang lebih pencemburu dibandingkan dengan Allah". (HR Bukhari dan Muslim)
Dia cemburu di saat hamba-Nya lupa bersyukur atas apa yang telah Ia berikan. Dia cemburu di saat hamba-Nya lupa berdoa bahwa Dia Sang Maha Pengabul segala permintaan hambaNya. Dia cemburu di saat hamba-Nya lupa tempat untuk bersandar kepadaNya di saat hatinya terluka. Dia cemburu di saat hamba-Nya lebih mencintai dan menyayangi ciptaan-Nya ketimbang cinta pada rabbnya.
Allah memberikan cobaan, kemiskinan, terjatuh dari kejayaan, serta musibah bukan lantas ingin melihat hamba-Nya sengsara. Tapi Allah mengajarkan bahwa tak ada yang dapat menolong kita kecuali kasih sayang-Nya, memberi arti bahwa kita tak bisa hidup tanpa-Nya dan memperingati bawah hanya Dialah Sang Pemilik segalanya.
Sudah berapa sering kita membuat Allah cemburu?