Oleh Bahron Ansori
ABU Darda’ ra pernah berkata, “Tanda
orang bodoh itu ada tiga, yaitu: pertama, bangga diri. Kedua,
banyak bicara dalam hal yang tidak bermanfaat. Ketiga, melarang orang
lain dari suatu perbuatan, tapi ia sendiri melakukannya.” (Lihat ‘Uyuunu
Al-Akhbaar, karya Ibnu Qutaibah II/39).
Dengan kata lain, orang pintar adalah
orang yang berupaya membebaskan dirinya dari tiga tanda kebodohan seperti yang
disampaikan oleh Abu Darda’ di atas. Jika
diulas, maka ciri orang bodoh
pertama adalah selalu merasa bangga diri. Artinya, dia merasa amal
ibadahnyalah yang paling baik, paling benar dan paling harus dicontoh. Orang
semacam ini selain merasa bangga juga sudah melakukan kesombongan yang besar,
sebab merasa diri lebih baik dari yang lain.
Kedua, banyak bicara dalam hal yang tidak
bermanfaat. Semua hal tak penting dibicarakannya agar menjadi viral. Tak
perduli dari mana sumber kebenaran satu informasi, sebab bagi orang jenis ini
merasa senang dan puas jika bisa membuat orang lain tertipu dengan
kata-katanya.
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW,“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih:
Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Ibnu Hajar menjelaskan,
“Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa berupa
kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya. Perkataan baik (boleh
jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya,
perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. Segala perkataan yang
berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori
perkataan baik. (Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti
tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu,
orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah
kepada kejelekan) hendaklah diam.” (lihat Al-Fath, 10:446)
Ketiga, melarang orang lain dari suatu
perbuatan, tapi ia sendiri melakukannya.
Inilah yang disebut Allah SWT dengan kata ‘kaburomaqtan’ hanya bicara termasuk
melarang orang lain melakukan keburukan. Namun, dia sendirilah yang akhirnya
melakukan amal perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya itu.
Sungguh, Allah SWT sangat membenci orang-orang yang hanya bisa berkata tapi tidak bisa berbuat. Allah SWT berfirman yang artinya, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Qs. Ash Shaffat: 3)
Maka benar kata Imam Ahmad bin Hanbal rh berkata, “Sesungguhnya terjadinya penyimpangan pada sebagian orang disebabkan sedikitnya ilmu pengetahuan mereka tentang tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.” (Lihat I’laamu Al-Muwaqqi’iin, karya Ibnul Qoyyim, I/44).