TikTok Syndrome

 
Oleh Rafikul Umam | Mahasiswa Prodi KPI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.


Penyakit TikTok Syndrom membuat orang yang gemar bermain TikTok tanpa sadar melakukan gerakan tersebut setiap saat tanpa dapat mengontrolnya, termasuk saat tidur, penyakit ini diungkap oleh penderitanya yang mengaku telah mengidap penyakit bernama TikTok Syndrome 


TikTok menjadi salah satu media platform yang sedang menjadi trend di masyarakat Indonesia saat ini, terutama kaum melenial antara rentan usia 18-24 tahun. Saat pertama kemunculan TikTok sampai sekarang penggunanya mencapai angka 92,2 juta pengguna di Indonesia dan bahkan angka ini diperkirakan akan terus bertambah penggunanya dari berbagai kalangan.

Aplikasi ini menjadi salah satu pilihan favorit pengguna aktif gadget di kalangan milenial terutama pada masa pandemi Covid-19. Dengan diterapkannya PPKM oleh Pemerintah, ini menjadi salah satu pilihan pengguna sebagai hiburan untuk menghilangkan rasa bosan ketika berada di rumah.
Penggunaan aplikasi Tiktok dan fitur di dalamnya sedang marak-maraknya berlangsung baik di Indonesia, maupun di luar negeri. 

Tidak hanya itu, demam Tiktok juga menyerang kepada semua kalangan baik anak kecil, orang muda, dan orang tua. Di segala kondisi, aplikasi Tiktok sekarang menjadi media bagi masyarakat luas untuk mengekspresikan pribadi dan kehidupannya. 

Dilansir dari The Verge, popularitas TikTok melonjak selama pandemi Covid-19 yang bermula pada 2020. Pada kuartal pertama tahun itu, TikTok menjadi aplikasi paling banyak diunduh, sebanyak 315 juta kali, menurut perusahaan analisis SensorTower. Perusahaan yang menaungi TikTok, ByteDance melaporkan pendapatannya pada 2020 mencapai 34,3 miliar dolar AS, melebihi dua kali pendapatan tahun sebelumnya.

Melalui halaman resminya, media sosial TikTok mengumumkan bahwa platform tersebut telah menembus 1 miliar pengguna pada 27 September 2021. Pertama kali rilis pada September 2016, platform itu hanya butuh waktu 5 tahun untuk menggaet 1 miliar pengguna. Berdasarkan temuan Chartr, capaian TikTok itu mengalahkan media sosial lainnya. Whatsapp, misalnya, butuh waktu sekitar 6 tahun 2 bulan untuk menjaring jumlah pengguna sebanyak 1 miliar. Sementara Facebook jadi media sosial yang butuh waktu terlama untuk mencapai jumlah 1 miliar pengguna. Pertama kali meluncur pada Februari 2004, Facebook baru memperoleh 1 miliar pengguna pada Oktober 2012, alias butuh waktu 8 tahun 8 bulan. 

Namun penggunaan Aplikasi ini juga perlu adanya pengendalian dari penggunanya, karena tidak semuanya konten berisi Hal Hal yang positif tetapi juga ada yang negatif, bukan hanya konten yang memuat edukasi dan pengetahuan tetapi ada konten kreator yg bikin konten  mengandung unsur dewasa 18+. Aplikasi Tiktok yang kebanyakan kontennya adalah menari dan joget dengan iringan lagu. penggunanya tidak hanya orang 18+ tahun keatas. Penggunya beragam mulai dari kalangan anak anak, remaja dan juga dewasa, sehingga dapat membawa dampak buruk yang  dapat merusak generasi muda mudi.

Contohnya, akhir-akhir ini terdapat pengguna yang mengalami kecanduan TikTok yang disebut juga TikTok Syndrome, penyakit TikTok Syndrom membuat orang yang gemar bermain TikTok tanpa sadar melakukan gerakan tersebut setiap saat tanpa dapat mengontrolnya, termasuk saat tidur, penyakit ini diungkap oleh penderitanya yang mengaku telah mengidap penyakit bernama TikTok Syndrome ini.

Penyakit ini mengidap karna penggunanya sering menonton konten konten yang menari dan berjoget di iringan lagu secara terus menerus sehingga otaknya terus menerus merespon untuk menggerakkan bagian tubuhnya dalam kondisi apapun, dan semakin kecanduan maka kerusakan bagian otak akan sangat parah sehingga pengguna tidak bisa mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan gerakan tersebut.

Maka hal ini perlu perhatian dan pengendalian dari orang tua langsung untuk anaknya sehingga anak tersebut tidak terus menerus menggunakan Aplikasi ini, orang tua pelu meluangkan waktu bersama anak seperti mengajak anak bermain bersama mengajak anak mealakukan hobinya tanpa melibatkan gadget seperti melukis, membaca, menari, bermain musik ataupun yang lainnya. Hal tersebut dilakukan orang tua sebagai cara mengalihkan anak menggunakan Aplikasi yang seharusya tidak digunakan dan menjauhkan gadget sehingga menciptakan lingkungan yang positif. Lingkungan yang mendukung anaknya terhadap bakat dan kreativitas anak.

Orang tua selalu memberikan pandangan positif pada anak sehingga dapat membentuk anak menjadi individu yang lebih mandiri dan tidak ptus asa, dalam kondisi tersebut orang tua sangatlah berperan dalam melakukan control dan kedisiplinan anak. Karena semua perilaku  sosial yang terjadi pada seseorang adalah hasil dari bagaimana keluarga terutama orang tua dalam memberi pemahaman. Setelah melihat lingkungan yang semakin merajalela masyarakat semakin pasif dan sibuk dengan diri sendiri dan tidak mempedulikan lingkungannya dalam berkomunikasi pun  hanya melalui gadget tanpa ada komunikasi secara langsung.

Maka untuk mengindari kecanduan menggunakan Tiktok sebaiknya kita selalu meluangkan waktu bersama keluarga dengan kegiatan positif sesuai dengan hobinya masing masing seperti berolahraga, membaca buku, mengikuti kajian islami atau menonton hal yang bermanfaat seperti ceramah dari ustad ustad yang ada di youtube dan hal hal laing yang bersifat positif untuk perkembangan diri yang lebih baik. []
Lebih baru Lebih lama