9 Tradisi Unik Lebaran Di Indonesia



BASHIRAHNEWS.COM, Setelah berpuasa selama sebulan penuh, umat Islam di Indonesia akan merayakan hari kemenangan Idul Fitri atau biasa di sebut dengan Lebaran. 


Saat Lebaran, sejumlah umat Islam akan menunaikan ibadah shalat Id di masjid atau lapangan. Setelah itu, mereka akan memanjatkan doa-doa dan bersiap untuk bersilaturahmi ke tetangga dan sanak saudara.


Selain bersilahturahmi, Indonesia juga memiliki beragam tradisi unik lainnya saat Lebaran.  Diantaranya :


1. Grebeg Syawal di Yogyakarta


Festival Grebeg Syawal 


Grebeg Syawal merupakan sebuah ritual Keraton Yogyakarta dalam memperingati Idul Fitri yang dilangsungkan tepat pada 1 Syawal.


Sejumlah masyarakat percaya, Gunungan Grebeg membawa berkah dan ketenteraman. Diketahui, upacara tersebut diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.


Gunungan Lanang terbuat dari sayur-mayur dan hasil bumi lainnya. Dalam tradisi ini, Gunungan Lanang dikawal oleh prajurit keraton.


Pengawalan dilakukan karena sayur-mayur dan hasil bumi ini nantinya akan diambil secara berebutan oleh masyarakat.


2. Makan nasi Jaha di Sulawesi Utara


Tradisi Nasi Jeha


Di Sulawesi Utara, masyarakat Motoboi Besar melakukan tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama. 
Tradisi ini berlangsung selama tiga hari setelah Idul Fitri.


Sebenarnya, tradisi Binarundak tergolong baru dan terinspirasi dari tradisi Lebaran Ketupat yang dilakukan di Minahasa dan Gorontalo, namun yang membedakan adalah dalam Binarundak bukan ketupat yang dimakan, melainkan nasi jaha.


Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang. Bambu tersebut kemudian dibakar dengan serabut kelapa.


Saat matang, nasi jaha dinikmati beramai-ramai oleh para perantau yang pulang bersama masyarakat setempat.


3. Nyama Selam di Bali


Festival Ngejot


Selanjutnya, tradisi Lebaran menarik lainnya ada di Bali. Di Bali, terdapat tradisi makan-makan atau Nyama Selam yang menyiratkan keberagaman agama dan keindahan toleransi beragama.


Nyama Selam artinya saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.


Salah satu tradisi yang kental dilakukan Nyama Selam adalah "ngejot" yang sudah berlangsung secara turun-temurun.


Menjelang Idul Fitri, masyarakat Muslim akan melakukan "ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya, tidak peduli apa pun agama mereka.


Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali.


Tidak hanya masyarakat Islam, umat Hindu akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat Islam pada Nyepi atau Galungan.


4. Perang Topat di Lombok, NTB


Perang Topat

Perang topat atau lempar ketupat adalah tradisi di Lombok dan salah satu warisan leluhur yang diyakini sebagai simbol perdamaian dan pemersatu antar umat beragama.


Ketupat memang menjadi kudapan khas saat Lebaran. Namun, di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), ketupat dijadikan sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam. 


Hal tersebut dikarenakan adanya tradisi Perang Topat atau Perang Ketupat. Tradisi ini memiliki ciri khas dengan saling melempar ketupat.


Setelah berdoa dan berziarah, masyarakat akan melaksanakan Perang Topat di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.


5. Festival Meriam Karbit di Pontianak


Festival Meriam Karbit

Beda daerah beda juga tradisinya, di Pontianak, Kalimantan Barat, masyarakat akan melangsungkan Festival Meriam Karbit. Festival tersebut umumnya diadakan di tepian Sungai Kapuas.


Adapun perayaan ini biasanya digelar 3 hari yakni sebelum, saat, dan sesudah Lebaran.


Tak hanya itu, festival ini juga menjadi ajang perlombaan, di mana peserta yang memiliki meriam dengan bunyi paling kompak yang akan mendaparkan nilai paling tinggi.


Diketahui, pembuatan Meriam Karbit merogoh kocek sebesar Rp 15-30 juta. Meriam ini terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian dan menghasilkan bentuk meriam yang panjang dengan bentuk silinder yang lebar.


6. Tumbilotohe di Gorontalo


Tumbilotohe

Malam pasang lampu atau Tumbilotohe merupakan tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Gorontalo dalam menyambut malam lailatul qadar pada hari ketiga menjelang hari raya Idul Fitri. Tumbilotuhe memiliki arti memasang lampu.


Tradisi ini telah berlangsung sejak abad XV masehi. Untuk melangsungkan tradisi ini, masyarakat setempat akan memasang lampu sejak tiga malam terakhir menjelang Idul Fitri.


Awalnya, tradisi Tumbilotuhe dilakukan untuk memudahkan warga memberikan zakat fitrah di malam hari di mana saat itu penerangan berasal dari lampu yang terbuat dari damar dan getah pohon.


Lambat laun, lampu diganti dengan minyak kelapa dan kemudian beralih menjadi minyak tanah.


Saat ini, tradisi pemasangan lampu sudah dilakukan dengan berbagai bentuk dan warna yang meriah. Lampu tidak hanya dipasang di rumah, tetapi di sejumlah tempat umum hingga di ladang.


7. Ronjok Sayak di Bengkulu


Ronjok Sayak

Masyarakat Bengkulu percaya bahwa api merupakan penghubung antara manusia dengan leluhur mereka, sehingga terbentuklah tradisi Ronjok Sayak atau yang dikenal juga dengan Bakar Gunung Api. 


Tradisi ini sudah dilakukan selama ratusan tahun oleh Suku Serawai dan selalu dilakukan saat malam takbiran. Biasanya Suku Serawai akan menyusun batok-batok kelapa hingga menjulang tinggi lalu kemudian dibakar di depan rumah masing-masing.


8.Batobo di Riau


Botabo


Tradisi unik lainnya berasal dari Riau. Dimana penduduk Riau yang mudik ke kampung halamannya akan disambut meriah oleh keluarga dan bahkan oleh warga desa. 


Mereka akan diarak sambil diiringi pukulan rebana menuju tempat buka bersama. Biasanya tradisi ini juga diisi dengan pengajian dan lomba baca Alquran, dimana hadiahnya berasal dari para pemudik yang pulang kampung tersebut.


9. Meugang di Aceh


Tradisi Meugang

Meugang adalah tradisi yang berasal dari Aceh dan biasanya dilakukan setiap tahun menjelang Idul Fitri. 


Tradisi Meugang sendiri biasanya dilakukan oleh semua warga di sebuah kampung,  dimana mereka akan berkumpul di masjid untuk memasak daging dan menyantapnya bersama-sama. 


Selain itu, daging yang ada juga biasanya dibagikan kepada sesama yang membutuhkan sebegai bentuk saling berbagai di bulan Ramadan. [Khairunnisa] 


Lebih baru Lebih lama