Oleh Bahron A
Tulisan singkat ini adalah bagian kedua dari tulisan sebelumnya. Tulisan ini bukan untuk menggurui siapapun melainkan sekedar mengajak setiap wanita Islam agar selalu menanamkan semangat terus belajar sehingga mempunyai bekal yang cukup dalam mengamalkan syariat Islam ini. Bagi para lelaki Islam, pilihlah calon istri dengan kriteria di bawah ini agar hidup Anda bahagia dunia akhirat.
Kelima, wanita yang punya sifat malu. Sepantasnya seorang wanita Islam mempunyai rasa malu. Malu jika harus dipandang oleh lelaki ajnabi. Malu jika harus berpakaian mengumbar aurat. Malu jika bermaksiat kepada Allah. Malu ketika tidak taat pada suaminya. Dan malu keluar rumah tanpa ada urusan penting. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Seorang wanita Islam sudah
sepantasnya mempunyai rasa malu, layak seperti malunya dua wanita kakak beradik
di jaman Nabi Musa AS. Allah
Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri
Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan
(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita
yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan
berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan
(ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya),
sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Maka Musa memberi
minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (Qs. Qashash: 23-24). Kedua wanita itu, malu berdesak-desakan dengan kaum
lelaki untuk meminumkan ternaknya. Bagaimana dengan wanita akhir
zaman hari ini?
Dalam kesempatan lain, bahkan
kedua wanita itu menunjukkan rasa malunya saat diminta ayahnya untuk memanggil
Nabi Musa agar menghadap. Allah
melanjutkan firman-Nya, “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari
kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya ayahku
memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum
(ternak) kami.‘” (Qs. Al Qashash : 25)
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu menemui Musa ‘Alaihis Salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya.” Sanad riwayat ini shahih.
Keenam, taat dan menyenangkan hati suami. Sungguh betapa tentram hati seorang suami ketika mendapati istrinya taat saat diperintah (bukan untuk bermaksiat). Ia mampu membuat hati suaminya tenang, nyaman dan damai saat bersamanya. Dengan kata-katanya yang lemah lembut, dengan sentuhannya yang halus, dengan semumnya yang menggoda, sungguh semua itu adalah akhlak seorang istri yang bisa membuat hatinya senang dan meridhainya.
Ia tidak pernah sekalipun
menolak perintah suaminya selama perintah itu adalah kebaikan. Ia senantiasa
membuat suaminya bahagia sehingga terasa ringan beban berat yang dipikul
suaminya selama ini. Ia juga selalu hadir di sisi suaminya, menemaninya saat
senang maupun susah. Di hatinya terpatri kuat untuk selalu ada bagi suaminya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah
wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan
jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi
suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai
no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih)
Al Hushain bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933).
Ketujuh, memelihara kehormatan, anak dan harta suami. Wajib bagi seorang wanita Islam menjaga kehormatan diri, suami dan anak-anaknya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala yang artinya, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (Qs. An Nisa’: 34).
Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”
Kedelapan, bersyukur dengan pemberian suami. Cukuplah seorang istri dianggap telah kufur kepada suaminya bila ia tidak pernah bersyukur atas semua pemberian suami; sedikit atau banyak. Ridho atas banyak sedikit pemberian dari suami adalah bagian dari salah satu sifat wanita yang perlu diperjuangkan oleh para bujangan. Bersyukurlah bagi seorang pemuda yang bisa mempunyai pendamping yang selalu bersyukur atas segala pemberian suami seberapa besar kecilnya.
Suatu hari, setelah selesai
shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan
kepadanya ketika
shalat, “Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat
pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya
adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi
mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan
kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita
itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka
kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat
baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia
melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan
berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR.
Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Camkan hadits di atas, hanya karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Seperti hujan setahun terhapus dengan kemarau sehari.
Kesembilan, berdandan dan berhias diri hanya spesial untuk suami. Aneh, dunia sudah terbalik. Sebagian wanita lebih senang tampil aduhai dan menggoda saat keluar rumah dan dihadapan lelaki lain (ajnabi). Namun, sayang seribu sayang, para wanita (istri) itu tampil sangat biasa dihadapan suaminya. Tak jarang, bau asap dapur masih menempel di tubuhnya. Bau pesing kencing bayinya pun tak sekali tercium dari bajunya. Lalu? Bagaimana suaminya akan semakin cinta dan sayang kepadanya bila cara ia memperlakukan dan menyambut suaminya tidak seperti saat ia tampil kondangan keluar rumah.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pernah ditanyakan kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati
suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya
sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Bagi para
suami, jika pasangan hidup Anda belum sesuai dengan sembilan sifat di atas,
maka tidak ada kata terlambat untuk mengajak istri Anda menjadi lebih baik lagi
di mata Allah dan Rasul-Nya, wallahua’lam.[]
HARGA BETON MURAH di Jabodetabek Klik di Sini
