Photo by Google
Oleh Angga Aminudin, M.I.Kom. | Ketua Program Studi Ekonomi Syariah STAI Al-Fatah
Ketika menelaah sejarah perjuangan bangsa di bulan oktober ini, sebagian besar masyarakat Indonesia pasti akan mengingat pelajaran tentang Sumpah Pemuda. Bisa dikatakan, Oktober adalah bulannya pemuda di Indonesia. Sumpah Pemuda yang dibacakan 97 Tahun yang lalu dalam rapat pemuda II menjadi tonggak penting perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia.
"Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Itulah isi dari teks yang dicatat sebagai sumpah pemuda. Sumpah pemuda ini, dianggap manjur untuk membangkitkan semangat perjuangan melawan gerakan-gerakan separatis dan penjajah. Para pejuang terdahulu, berjuang melawan penjajah tentu ingin mempertahankan wilayahnya. Namun yang menarik adalah sebagai muslim, pejuang kita seperti Pangeran Diponegoro, Muhammad Natsir, Agus Salim, Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo menganggap bahwa kebenaran lebih mereka cintai dalam membela bangsa dengan menegakkan nilai-nilai Islam.
Ketika sumpah pemuda yang menggagas sumpah nasionalisme, yang hanya terbatas pada tempat tertentu, maka dalam Islam, Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa ada sumpah yang sangat agung dibanding sumpah pemuda, yaitu bersumpah penghambaan hanya kepada Allah saja. Sebuah kalimat yang teguh, kalimat Tauhid, kalimat yang menjadikan orang-orang yang mencetak sejarah, pemuda-pemuda yang mengubah sejarah, pemuda-pemuda yang rabbani, mencetak pemuda harapan dunia. Aqidah mempersatukan hati-hati orang mukmin, jika kita lihat proses tarbiyah Rasulullah bagaimana ketika beliau mempersiapkan para pemuda dengan aqidah yang benar, karena memang generasi mereka yang akan memegang tampuk kepemimpinan kedepan.
Lihat saja bagaimana pada usia 8 Tahun Ali bin Abi Thalib sudah mengikuti proses tasfhiyah (pemurnian aqidah), dan tarbiyah (pendidikan). Suatu saat menjadi khalifah besar. Arqaam bin Abil Arqam pada umur 12 tahun, Abdurrahman bin Auf, Usamah Bin Zaid yang baru berumur 19 tahun diamanahkan memimpin perang melwan Romawi, Mu’adz bin “Afra” dan Mu’adz bin Amru bin Al Jamuh yang membunuh pemimpin kafirin Abu Jahal pada perang Badar, atau Ibnu Umar yang meminta dimasukkah pada pasukan perang padahal umurnya baru 13 tahun.
Itulah sedikit potret generasi pemuda yang disatukan oleh aqidah. Berlanjut pada zaman setelahnya, Umar bin Abdul Aziz yang menjadi khalifah saat umur 37 tahun, dan diyakini sebagai khalifah rasyidah. Imam Syafii yang pada umur 11 tahun sudah mengajar dan dimintai fatwa, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani yang saat muda menghafal kitab-kitab dan dipercaya menjadi qadhi saat usia muda. Dan menorehkan penanya dalam kitab sangat berharga yaitu Fathul Baari. Generasi terus berlanjut, Muhammad Al Fatih yang saat itu berumur 21 tahun dikisahkan membebaskan konstantinopel, meruntuhkan imperium Romawi Timur, seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (Al-Musnad 4/335).
Dan orang-orang tersebut telah dicatat sejarah, dengan sumpah yang paling agung, melebihi sumpah apapun. Pemuda-pemuda yang namanya mendunia, pemuda-pemuda yang berkarya dan karyannya dapat dirasakan sampai sekarang. Sebuah ikatan yang dibangun datas dasar tauhid, melebihi kepada ikatan kerabat, keluarga, bangsa, dan juga Negara.
Sumpah Pemuda, mengajak kita berpikir bahwa pentingnya peran pemuda. Mengingat bahwa ternyata ada sumpah yang jauh lebih agung, tidak hanya terbatas pada suku, bangsa, dan wilayah tetapi sumpah kepada sebuah kebenaran. Melihat generasi-generasi lalu, agaknya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa peran pemuda sangatlah penting. Sampai-sampai nanti Allah akan mempertanyakan usia muda kita dihabiskan untuk apa? Dan ini tentunya akan kita jawab suatu saat nanti.
Ketika Soekarno berkata "berikan kepadaku 10 orang pemuda, akan goncangkan dunia", tentunya beberapa abad yang lalu, generasi muda menggoncangkan dunia. Namun , saat ini, terjadi kemunduran pada pemuda-pemuda Islam. Ketika merefleksikan diri ini, dengan pemuda-pemuda hasil tarbiyah nabi Muhammad SAW, tentunya kita merasa sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan generasi terdahulu.
Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda bahwa pemuda yang taat beribadah kepada Allah, salah satu golongan yang dinaungi dihari kiamat. Inilah sumpah yang melebihi sumpah pemuda pada hari esok. Sumpah kepada kalimat tauhid. Berada diatasnya, dan itu yang dapat mengembalikan kita kepada generasi emas Islam.
Generasi pemuda pengukir tinta sejarah seperti Umar bin Abdul Aziz akan lahir kembali, pemimpin-pemimpin negeri yang adil suatu saat nanti, atau seperti Ibnu Hajar, ahli-ahli hadits dan ilmu. juga Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai ahli politik, Muhammad Al fatih sang pemuda visioner. Mereka berjuang dalam kebenaran yang sangat Panjang, teringat wasiat untuk Pemuda dari Imam Hasan Al Banna Rahimahullah dalam Risalah Pergerakan:
“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (Al-Kahfi: 13).
Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian pemuda Islam, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna”.
Oleh karena itu, penting untuk terus menggugah semangat pemuda untuk menjadi agen perubahan yang efektif dan berkontribusi bagi kemajuan ummat dan bangsa.