Ciri Orang Yang Cerdas Adalah Bertaqwa

Foto : M.Nailur Ridho

Oleh M. Nailur Ridho
 | Mahasiswa STAI Al Fatah Cileungsi, Bogor


Takwa adalah prestasi tertinggi yang dicapai oleh seorang mukmin dalam penghambaannya kepada Allah SWT. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu." (QS Al-Hujurat [49] : 13).

Jaminan bagi orang yang bertakwa adalah kehidupan di surga yang dipenuhi oleh berbagai kenikmatan. Allah Swt berfirman, " Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. " (QS. Ali Imran [3] : 133)

Pengertian takwa sering disampaikan oleh para khatib shalat Jum'at, yaitu bahwa untuk menjadi orang yang bertakwa kita harus melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Auguste comte seorang filsuf Prancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme, menyimpulkan bahwa tidak disebut orang yang berakal/cerdas jika masih menyembah Tuhan itulah teori konstruk logika positivismenya. Bahkan, menurut Comte, orang atau masyarakat yang masih meyakini Tuhan, termasuk manusia primitif. Manusia yang paling maju adalah manusia modern yang meninggalkan Tuhan.

Banyak umat Muslim yang berkecukupan bahkan berlebih, sebagian sudah melupakan saudaranya yang membutuhkan. Mereka sibuk mengoleksi benda-benda, mulai dari baju, sepatu, hp, bahkan sampai peralatan mewah yang super mahal. Semua itu menjadi kebanggaan, pemelihara gengsi, dan pengangkat derajat dalam pergaulan. Akhirnya, orang berlomba-lomba mencari kekayaan dan menumpuk-numpuk harta.

Mereka masih tetap Muslim, tetapi pola pikir mereka sudah keliru. Seorang Muslim, mestinya mencari akhirat tanpa lupa dunia seperti disebutkan didalam surat Al-Qashas ayat 77. Sekarang, situasinya berbeda, orang mengejar dunia dengan tidak lupa akhirat, bahkan ada yang melupakan akhirat demi dunia. Jelas ini pola pikir yang salah.

Manusia sering lalai dan cenderung tidak mau merenung. Bahkan manusia sering mementingkan hal-hal remeh dan mengabaikan hal utama, sehingga hati tidak bekerja dengan sempurna, akal terbuai, dan akhirnya sangat cinta pada kehidupan dunia. Bahkan rela menanggalkan ajaran-ajaran agama, meskipun hati nurani sangat mengerti.

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ
وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللّهِ يَجْحَدُونَ

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?.” (QS. Al Maidah [6]: 32).

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa, Muslim yang mementingkan hal-hal tidak penting, dan memprioritaskan hal-hal yang tidak dibutuhkan untuk kehidupan akhiratnya, bisa termasuk manusia yang merugi dan menyesal atas segala perbuatannya selama di dunia. Dan, hanya Muslim yang bertakwa yang akan selamat dari tipu daya kehidupan dunia.

Mari kita simak kembali firman-Nya;

وَمَا أُوتِيتُم مِّن شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya, sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. al-Qashah [28]: 60).

Dari kaca mata manusia, kecerdasan selalu berurusan dengan dunia. Berbeda dengan cara pandang Rasulullah SAW yang menyebutkan kalau orang yang memiliki kecerdasan adalah mereka yang selalu mengingat kematian. Seperti yang terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar RA;

"Manusia yang paling utama adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang berakal/cerdas".

Jadi, takwa itu adalah kecerdasan utama. Sayangnya, belum banyak di antara kita yang benar-benar memahaminya.
Lebih baru Lebih lama