
Oleh Bahron Ansori*
Sobat, hidup ini jika mau dibuat berat, maka akan terasa
berat. Namun, jika akan dibuat ringan, maka hidup ini akan terasa ringan. Kadangkala,
masalah datang silih berganti. Tak kenal henti. Sampai hati ini rasanya lelah
akibat masalah datang bertubi. Jangan mengeluh sobat, sebab Allah telah menakar
seberapa beban yang kuat kita pikul. Sadarilah, Allah itu maha adil. Lebih tahu
seberapa pantas kita menerima ujian dari-Nya. Bukankah Allah telah berfirman,
لَا
يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا
اكْتَسَبَتْۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَاۚ
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ
عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَاۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya, “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya," dan mereka mengatakan,
"Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa), "Ampunilah kami,
ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Qs. Al Baqarah: 286).
Sejatinya,
kita semua merasakan nikmat Allah itu jauh lebih banyak dan lebih besar dari
keperihan ujian yang Dia titipkan pada kita. Saking banyaknya nikmat dari-Nya
itu, maka kita mustahil bisa menghitungnya.
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Alloh, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18).
Kita juga
mengerti Allah pasti akan menguji kita karena kita sudah mengatakan menjadi
orang beriman. Manalah mungkin orang yang sudah mengaku beriman tidak akan
diuji oleh Allah? Rengunkan firman Allah Ta’ala yang artinya, "Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Qs.
Al-'Ankabuut : 2)
Sabarlah. Musibah
yang menimpa kita, Allah titipkan hanya sekali dua kali saja. Sementara nikmat yang
Ia berikan kepada kita terus mengalir tanpa henti. Lalu? Kurang apa kita ini? Kita
hanya kurang bersyukur. Syukur kita tak sebanding dengan keluh kesah yang
seringkali kita tampakkan. Maka, tak ada waktu buat kita mengeluh sebab nikmat
Allah yang kita nikmati terlalu banyak dibanding rasa sakit saat kita diuji.
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Sesungguhnya manusia itu
sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya." (Qs. Al-'Adiyaat :
6)
Maka wajar jika seorang ulama bernama Al-Hasan
rahimahullah menyindir kita yang banyak mengeluh dengan berkata, “Yaitu
orang yang menghitung-hitung musibah (yang sedikit) dan melupakan
kenikmatan-kenikmatan Rabbnya (yang telah banyak diberikan kepadanya). (Tafsir
Ibnu Katsir 8/467).
Kita ingkar
atau sabar?
Jalani hidup
ini dengan berkomiten ingin selalu bersama-Nya, dengan-Nya dan selalu berusaha
mengamalkan segala perintah-Nya menjauhi segala yang Dia larang.
Sebagai muslim,
hanya ada satu pilihan dalam menjalani hidup ini, yakni berusaha menjadi
orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fujur / fasik (Qs.
As-Syams: 8). Sekarang terserah, mau jadi orang yang bertakwa atau
menjadi orang-orang yang fujur? Mau menjadi orang yang ingkar atau orang yang
sabar?
Sadarilah,
Allah Ta’ala selalu menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, karena itu Allah akan
segerakan hukumannya di dunia dengan berbagai ujian. Sehingga kelak saat dia
keluar dari dunia, maka akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa.
Sahabat, saat
iman itu semakin kuat terpatri, maka Allah Ta’ala akan naikkan level ujian yang
akan diterima seorang hamba.
Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya
balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka
Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun
ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut), maka baginya
murka Allah." (HR. Tirmidzi no. 2396).
Mulai detik
ini, berhentilah mengeluh karena ia hanya akan membuat kita lelah dan membuka
lebar peluang setan untuk menjerumuskan kita pada lembah hina. Keep Fighting!
*(Pemerhati sosial agama, menetap di Majalengka)