![]() |
Foto : Pinterest |
Oleh Arina Islami | Mahasiswi STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor.
"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di manapun dan kapanpun"
PEPATAH tersebut dapat dimaknai bahwa kejujuran adalah sikap terpuji yang dibutuhkan oleh setiap manusia, setiap daerah, setiap waktu. Karena kejujuran tidak mengenal ras, nama, zaman, budaya ataupun lokasi. Kejujuran selalu dihargai sebagai sikap yang mulia.
Kejujuran adalah keselarasan antara apa yang menjadi amal hati dengan ucapan lisan serta tindakan anggota badan. Ketika hati dipenuhi dengan niatan, tujuan, motivasi yang baik, lalu kebaikan itu diucapkan lewat lisan kemudian digambarkan lewat tindakan, maka itulah pangkal segala kebaikan yang akan menghantarkan pada ragam amal kebajikan yang tiada habisnya dan sebagai jalan menuju surga.
Oleh karena itulah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ....
“Hendaknya kamu selalu bersikap jujur, karena kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga... ” (HR. Muslim)
BACA JUGA : Hidup adalah Ujian, Kuat-Kuatlah!
Kebohongan kecil merupakan awal dari kebohongan besar. Kebohongan yang satu adalah awal dari kebohongan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Mengapa? Ketika berbohong, kita akan mencari cara untuk menutupi kebohongan itu. Apakah ada cara lain untuk menutupi kebohongan selain dengan membuat kebohongan yang baru?
Contoh sederhananya seperti ini, seorang kawan bertanya kepadamu, "Mengapa kemarin kau tak masuk kuliah?". Sebenarnya, kau alpa karena malas tapi kemudian kau berdusta, "Aku Sakit" jawabmu. Kemudian kawanmu bertanya lagi, "Sakit apa?". Kau pun kembali berdusta, "Sakit kepala". Kemudian ia bertanya lagi, "Sekarang sudah sembuh?". Lagi-lagi kau berdusta, "Iya, Alhamdulillah", padahal dari awal kau memang tidak sakit.
Dari contoh di atas, kita sudah menemukan tiga kebohongan yang berawal dari satu kebohongan kecil. Menciptakan kebohongan-kebohongan baru tentu meresahkan jiwa, membuat kita berpikir negatif untuk terus menciptakan kebohongan lagi dan lagi.
Seperti sabda Rasulullah Saw,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya: “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200)
Untuk itu, kita sebagai manusia yang tentunya mendambakan ketenangan, hendaknya menjauhkan diri dari kebohongan dan berupaya mengamalkan sifat jujur. Karena kejujuran itulah yang akan menolong kita dalam meraih kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. []
Kebohongan kecil merupakan awal dari kebohongan besar. Kebohongan yang satu adalah awal dari kebohongan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Mengapa? Ketika berbohong, kita akan mencari cara untuk menutupi kebohongan itu. Apakah ada cara lain untuk menutupi kebohongan selain dengan membuat kebohongan yang baru?
Contoh sederhananya seperti ini, seorang kawan bertanya kepadamu, "Mengapa kemarin kau tak masuk kuliah?". Sebenarnya, kau alpa karena malas tapi kemudian kau berdusta, "Aku Sakit" jawabmu. Kemudian kawanmu bertanya lagi, "Sakit apa?". Kau pun kembali berdusta, "Sakit kepala". Kemudian ia bertanya lagi, "Sekarang sudah sembuh?". Lagi-lagi kau berdusta, "Iya, Alhamdulillah", padahal dari awal kau memang tidak sakit.
Dari contoh di atas, kita sudah menemukan tiga kebohongan yang berawal dari satu kebohongan kecil. Menciptakan kebohongan-kebohongan baru tentu meresahkan jiwa, membuat kita berpikir negatif untuk terus menciptakan kebohongan lagi dan lagi.
Seperti sabda Rasulullah Saw,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya: “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200)
Untuk itu, kita sebagai manusia yang tentunya mendambakan ketenangan, hendaknya menjauhkan diri dari kebohongan dan berupaya mengamalkan sifat jujur. Karena kejujuran itulah yang akan menolong kita dalam meraih kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. []
Tags:
Artikel