Mengenang Empat Saksi Bisu Sejarah G 30 SPKI




BASHIRAHNEWS.COM, BOGOR - Momen 30 September bagi bangsa Indonesia identik dengan gerakan berdarah yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1965. Demikian sejarah mencatatnya.


Tragedi yang juga biasa disingkat dengan Gestapu ini rutin diingat kembali tiap tahunnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, traveler juga masih bisa napak tilas kisahnya lewat sejumlah destinasi di Jakarta yang menjadi saksi bisu dari tragedi berdarah itu.

 

Tema itulah yang juga diselenggarakan oleh Wisata Kreatif Jakarta via aplikasi Zoom, Selasa malam (29/9/2020). Dipandu oleh Ira Lathief sebagai guide, detikTravel diajak kembali napak tilas peristiwa G30S/PKI ke lokasi aslinya secara virtual. Di mana saja?


Berikut deretan saksi bisu tragedi G30S/PKI:

1. Museum Jenderal AH Nasution


Lokasi pertama adalah Museum Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelum menjadi museum, dahulu rumah itu merupakan kediaman dari sang Jenderal besar.


"Rumah yang ini jadi saksi bisu penculikan AH Nasution, dan dia berhasil kabur dari belakang. Dulunya keluarga Nasution tinggal di sini. Dia meninggal tahun 2000, 2008 pindah lokasi (keluarganya)," ujar Ira.


2. Museum Ahmad Yani

 

Masih di daerah Menteng, ada Museum Ahmad Yani di Jalan Lembang No 58 dan Jalan Latuharhari No 65, Jakarta Pusat. Sesuai namanya, museum ini merupakan bekas rumah dari Jenderal Ahmad Yani.


"Dia pimpinan tertinggi di TNI AD, menggantikan posisi Nasution. Dia sering disebut Jenderal kesayangan Sukarno," ujar Ira.


Jenderal Ahmad Yani merupakan salah satu yang tewas setelah ditembak langsung di rumahnya. Selepas sang Jenderal, rumah itu beralih fungsi jadi museum dan masih kerap didatangi oleh keluarganya.


Pihak penjaga museum menyebut, kalau dahulu pernah dipasang sesajen untuk sang Jenderal di rumahnya. Namun, tradisi itu sudah tak dilakukan kini.


Selain menyimpan barang peninggalan sang Jenderal, museum itu juga sarat kisah mistis. Boleh percaya, boleh tidak.


"Di kamar Ahmad Yani gak boleh foto-foto ada kitanya. Tar sakit berbulan-bulan. Misal mau ngambil foto ruangannya saja masih bisa," kata Ira.


3. Monumen Pancasila Sakti


Bergeser ke Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Inilah lokasi yang jadi saksi bisu akan lokasi pembuangan jenazah para Jenderal.


"Jadi penamaan lubang buaya bukan karena nama sumur, tapi ini dulu namanya kampung lubang buaya. Sumur, rumah yang jadi posko orang-orang itu sebelum menyiksa Jenderal," ujar Ira.


Setelah disiksa, kemudian jenazah para Jenderal dibuang ke lubang yang sangat sempit. Beruntung, jenazah mereka dapat diketemukan oleh polisi Soekitman yang berhasil lolos dari penyergapan malam itu.


"Sumurnya 12 meter, diameter 75 cm dan hanya cukup badan 1 orang dan ada 2 Jenderal yang badannya diikat satu untuk menggambarkan betapa kejamnya peristiwa itu," Ira menjelaskan


4. Taman Makam Pahlawan Kalibata


Terakhir, Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta Timur. Seperti yang kita ketahui, seluruh jenazah dari para Jenderal yang meninggal dalam tragedi berdarah itu dikuburkan di lokasi tersebut.


"Di sini para jenderal dimakamkan. Dibuat tahun 1951, dirancang Friedrich Silaban di zaman Soekarno," Ira menuturkan.


Traveler pun dipersilahkan untuk berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, sekali pun tidak mempunyai saudara yang dimakamkan di lokasi. Siapa pun diperbolehkan datang.


Selain makam para Jenderal dan korban yang gugur di tragedi G30SPKI, Taman Makam Pahlawan Kalibata juga menjadi rumah terakhir bagi banyak tokoh bangsa. Sebut saja Presiden Habibie beserta istri hingga mendiang Ani Yudhoyono.


Itulah beberapa tempat bersejarah yang juga jadi saksi dari tragedi G30SPKI. Sekiranya bisa menjadi pengingat akan kisah sejarah di masa lampau.

(sumber : Detikt Travel) 

Lebih baru Lebih lama