Roti Buaya dalam Adat Masyarakat Betawi

 

Cr: Penulis

Oleh Rendy Anggara | Pecinta Budaya Betawi


SUKU BETAWI merupakan salah satu suku yang mendiami bagian barat dari pulau Jawa. Penyembara suku hanya berada di sekitar Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok dan sebagian kecil di kota Bogor.


Sebagaimana suku lain di Indonesia, suku Betawi juga memiliki makanan dan aneka kue yang menjadi ciri khas suku Betawi yaitu Roti Buaya.


Roti buaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adat suku Betawi. Dalam acara pernikahan, roti buaya biasanya disajikan di atas sebuah nampan bertutupan plastik bening agar terjaga dari kotoran dan dapat dilihat keunikan lekuk bentuk buayanya.


Pada umumnya roti buaya tidak memiliki varian rasa dan toping apapun sehingga terkesan seperti roti tawar. Roti ini dibawa sebagai salah satu seserahan oleh calon mempelai laki laki ketika kedatangan mereka menuju kediaman mempelai wanita. 


Setelah acara resepsi pernikahan telah berlangsung roti ini tidak dikonsumsi roti ini hanya diletakan di atas lemari pengantin baru hingga rusak dan berjamur. Hal tersebut perlambang dari umur pernikahan (lama) sepasang pengantin mereka berharap bahwa pernikahan mereka berlangsung hingga jasad mereka rusak atau hingga mereka meninggal. 


Tetapi hari ini masyarakat betawi lebih memilih untuk mengkonsumsinya dengan dibagikan kepada anggota yang lainnya. 


Uniknya kenapa suku Betawi mengambil bentuk buaya? Bukankah hari ini hewan tersebut menjadi lambang ketidaksetiaan seseorang? Padahal di habitat aslinya buaya justru tergolong hewan setia. 


Seekor buaya justru tergolong hewan yang setia dan menyayangi pasangannya, bila pasangannya mati buaya tidak akan mencari pasangan lain, mereka lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya sendirian. Karena hal tersebutlah masyarakat suku Betawi mengambil bentuk buaya sebagai lambang kelanggengan dan keawetan hubungan mereka.[] 

Lebih baru Lebih lama