Oleh Bahron A
BISA itu beda jauh dengan Merasa Bisa. Sebagian kita masih terpeleset dalam sifat Merasa Bisa, disadari atau tidak.
Padahal, salah menafsirkan kata dan kalimat bisa berakibat fatal. Merasa bisa, bisa
jadi kalimat sederhana yang mungkin sedikit mau memaknainya. Namun, tak sedikit
orang yang justeru menjadi hina di mata manusia juga Sang Pencipta karena sifat
merasa bisa itu.
Dalam kehidupan ini, bisa jadi banyak manusia yang merasa bisa dalam segala
hal. Ingat ya, merasa bisa bukan bisa merasa. Akibatnya, sekedar untuk menjaga
eksistensi siapa dirinya, maka ia memaksakan kehendak untuk menjadi orang yang
merasa bisa.
Merasa bisa ini sejatinya adalah wujud dari sebuah kepercayaan diri
terhadap suatu hal. Namun sayang, kepercayaan
diri itu muncul tidak berdasarkan ilmu tapi sekedar luapan ego untuk
mempertahankan esksistensi tadi. Singkatnya, merasa bisa adalah sebuah
kefatalan dalam hidup karena di sana ada seonggok kesombongan yang tak bisa
ditundukkan oleh kebenaran.
Fir’aun tenggelam karena merasa bisa
Untuk orang-orang yang merasa bisa, ketahuilah Fir’aun tenggelam di Laut
Merah akibat dia merasa bisa. Bisa melawan menyamai Allah. Bahkan dia sesumbar ‘Ana Rabbukumul A’la (Aku adalah Rabb kalian yang paling
tinggi)’ [lihat, QS. An-Nazi’at Ayat 24]. Perhatikan, ini adalah
ungkapan yang terlahir dari kalimat merasa bisa. Sederhana, tapi sukses
mengantarkan Bapak Angkat Nabi Musa AS itu berjalan menuju kediaman
terakhirnya; tenggelam di Laut Merah. Itu Fir’aun yang merasa bisa karena
seolah memiliki segalanya.
Lalu lihat bagaimana Allah punya cara menenggelamkan Qorun yang juga punya
sifat merasa bisa. Mulanya Qarun adalah orang miskin. Tak betah dalam
kemiskinannya, ia minta tolong pada Nabi Musa AS yang sepupunya untuk berdoa
agar Allah mengganti segala kepahitan hidup Qarun. Karena iba pada Qarun, Nabi
Musa AS pun menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa agar Allah mengganti
kesulitan hidupnya dengan kemudahan.
Allah mengabulkan dosa Musa AS. Qarun pun perlahan tapi pasti sukses
menjadi pedagang emas. Berbilang tahun, ia pun sukses menjadi orang terkaya di
masanya. Tibalah suatu hari utusan Nabi Musa AS untuk meminta infaq dan zakat
dari Qarun atas semua harta kekayaannya. Qorun menolak membayarkan zakat kepada
utusan Nabi Musa AS itu. Lagi-lagi dia merasa bisa.
Qarun merasa bisa. Dia pikir karena ilmunya harta sebanyak yang dimilikinya
saat ini bisa terkumpul. Ini katanya, ''Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku.'' [Qs. Al-Qashash: 78]. Sifat merasa bisa membuatnya menjadi angkuh. Lalu
Allah menenggelamkan Qarun bersama seluruh harta kekayaannya ke dalam bumi [Qs.
Al-Qashash: 81].
So, Anda jangan pernah merasa bisa dalam menapaki pergaulan hidup ini, walaupun Anda sebenarnya bisa. Ingat, sifat merasa bisa itu lahir dari percikan api kesombongan dan egosentris. Coba perhatikan disekeliling Anda, orang-orang yang merasa bisa pasti egonya tinggi, keinginannya harus selalu diikuti, terkesan memaksakan sesuatu yang sebenarnya tidak penting.
Sekali lagi jangan pernah merasa bisa, sebab Allah, dan semua makhluk bernama manusia tidak pernah senang dengan orang yang merasa bisa. Hati-hati, jika Anda terus memelihara sifat merasa bisa itu, bisa jadi Anda sebentar lagi akan tenggelam dalam peradaban manusia. Anda tidak akan pernah dikenal sebagai pahlawan tapi sebaliknya orang akan mengenal Anda sebagai pecundang.[]