Kita Butuh Merenung

Foto : Edo Muhammad Abdillah 

 

Oleh Edo Muhammad Abdillah | Mahasiswa STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor



BERTAFAKUR dan merenung adalah model berpikir yang dianjurkan dalam Islam. 
Seperti Firman Allah SWT, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua, dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran [3]:190-191).

Berpikir dan merenung tentang kejadian alam dengan segala fenomenanya ini dapat dijadikan tanda adanya Sang Pencipta.


Rene Descartes (1596-1650), Bapak Ilmu Filosofi Modern, juga menekankan betapa pentingnya kita sebagai manusia untuk merenung, terutama merenungkan tentang arti hidup, dan kebenaran. Ia terkenal dengan filosofinya, Cogito Ergo Sum, aku berpikir, maka aku ada. Ia juga menyatakan, "In order to improve the mind, we ought less learn than to contemplate".


Merenung adalah media untuk berkaca bagi siapapun


Secara naluriah bila manusia banyak mengingat kesalahan maka ia akan berusaha agar tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama di lain waktu. Di sinilah kemudian merenung menjadi penting dalam kehidupan kita.


Merenung jelas berbeda dengan melamun, apalagi mengkhayal. Orang yang merenung biasanya disertai dengan berpikir dan introspeksi. Membuka lembaran yang telah lewat, mengkoreksinya dan merencanakan langkah ke depan dengan lebih baik.


Merenung adalah sikap diam yang membuatmu melangkah


Banyak orang yang akhirnya menyadari keberadaan Tuhan dengan merenungi ciptaan-Nya. Seperti Nabi Ibrahim AS yang juga menemukan Rabbnya melalui tafakur.


Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam berkunjung ke Gua Hira untuk menyendiri. Muhammad bertafakur di Gua Hira manakala sedang gundah, gelisah, dan cemas atas kondisi sosial masyarakat Makkah kala itu.


Selama menyendiri dan bertafakur di Gua Hira, Muhammad merasakan kedamaian dan kenyamanan hidup. Hingga akhirnya turun wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Segalanya perisiwa besar saat ini berawal dari perenungan


Banyak tokoh besar yang suka menghabiskan waktunya sendirian dan merenung di tempat–tempat yang tenang. 


Leonardo da Vinci sering merenung dan berpikir di pinggir hutan yang tenang di desanya sambil memperhatikan hewan–hewan dan alam sekitarnya.


Isaac Newton kejatuhan apel waktu sedang merenung dan menemukan teori Gravitasi Universal.


Einstein juga suka merenung. Sejak kecil dia memang pemalu dan lebih suka menyendiri. Tempat favoritnya adalah di atas bukit yang ada di dekat tempat tinggalnya di Munich, Jerman.


Napoleon dan Hitler waktu kecil sering diejek "anak kampung" oleh teman–teman sekelasnya, dan juga suka menyendiri dan merenung.


Positif atau negatif, perenungan mampu menciptakan ketajaman pikiran yang ekstrim. Berikan diri Anda waktu. Merenunglah sejenak, lihat apa yang salah dalam diri kita, apa yang salah dengan dunia hari ini, apa yang membuat kita gagal, mengapa beberapa hal tidak berjalan sesuai keinginan kita. Merenunglah! 


Kurang merenung menimbulkan terlalu banyak ambisi


Kita tidak tahu apa yang akan kita dapat dalam sebuah perenungan. Mungkin jalan keluar, ide-ide besar, berdamai dengan diri sendiri, memaafkan segala yang telah terjadi, mendapatkan semangat baru, entah apapun itu.


Sujiwo Tejo : "Kenapa aku suka senja? Karena negeri ini kebanyakan pagi, kekurangan senja, kebanyakan gairah, kurang perenungan."


Jika kita lihat realita yang terjadi hari ini. Bagaimana dunia penuh dengan gairah serta ambisi-ambisi, namun kekurangan introspeksi, kekurangan perbaikan, juga kekurangan kesadaran. Keserakahan menimbulkan kerusakan-kerusakan baru juga bencana-bencana baru. Mungkin saja kuncinya adalah merenung. 


Apakah kita pernah berpikir hal kecil yang kita lakukan dapat berpengaruh besar di masa depan?


Siapa tahu kerusakan dunia ini adalah ulah kita? Siapa tahu keberadaan manusia adalah bencana itu sendiri? Siapa tahu akibat membaca tulisan ini aku menjadi orang sukses? Siapa tahu orang yang tidak membaca ini akan menyesal seumur hidup? Siapa tahu? Mari kita merenung.


Waktu yang diberikan Allah kepada manusia di dunia, sepatutnya dipergunakan untuk mengintrospeksi segala perilaku dan pemikiran yang dia miliki, sehingga mendorongnya untuk mengoreksi diri ke arah yang lebih baik.


Selain itu, buah pemikiran yang dihasilkan manusia, yang dibangga-banggakan oleh pemiliknya, tidak jarang yang menyelisihi kebenaran. 


Marilah saudaraku rajinlah merenung, semoga kita dikaruniai hati yang peka dan lembut oleh Allah…amiin.[] 


HARGA BETON MURAH di Jabodetabek Klik di Sini

Lebih baru Lebih lama