Udah pada tahu belum sih, kalau HIV dan AIDS itu adalah salah satu kondisi yang paling banyak dibicarakan dalam sejarah tapi setiap hari makin banyak orang yang terinfeksi dan paling banyak ditemukan pada kelompok umur 20-29 tahun?
Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia atau World AIDS Day, dan biasanya orang-orang akan memakai pita merah.
Hari AIDS Sedunia menjadi kesempatan bagi orang-orang di seluruh dunia untuk bersatu memerangi HIV.
Selain itu, Hari AIDS Sedunia juga bisa menjadi ajang menunjukkan dukungan bagi penderita HIV, serta mengenang mereka yang meninggal karena penyakit terkait AIDS.
Lalu bagaimana sih sejarah penetapan Hari AIDS Sedunia? dan apa sih makna dari pita merah?
Yuk kita simak penjelasannya.
Nah Hari AIDS sedunia digagaskan pertama kali pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua petugas informasi publik untuk Program Global AIDS Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, demikian dikutip NPR.
Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Program Global tentang AIDS (sekarang dikenal sebagai UNAIDS).
Dr. Mann menyukai konsep tersebut, dan setuju dengan rekomendasi bahwa peringatan Hari AIDS Sedunia yang pertama dilakukan pada tanggal 1 Desember 1988.
Bunn menyarankan tanggal 1 Desember untuk memastikan liputan oleh media berita barat, sesuatu yang sangat penting untuk keberhasilan Hari AIDS Sedunia. Bunn, yang sebelumnya bekerja sebagai reporter memikirkan bahwa tahun 1988 adalah tahun pemilihan umum di AS, dan tanggal 1 Desember waktunya cukup lama setelah pemilihan Presiden AS dan sebelum liburan Natal.
Pada dua tahun pertama, tema Hari AIDS Sedunia dipusatkan pada anak-anak dan orang muda. Tema-tema ini dikiritk tajam saat itu karena mengabaikan kenyataan bahwa orang dari usia berapapun dapat terinfeksi HIV dan menderita AIDS.
Tetapi tema ini mengarahkan perhatian kepada epidemi HIV/AIDS, menolong mengangkat stigma sekitar penyakit ini, dan membantu meningkatkan pengakuan akan masalahnya sebagai sebuah penyakit keluarga.
Lalu pada tahun 2004, kampanye AIDS Sedunia menjadi Organisasi yang independen.
Dikutip dari worldaidsday.org, ide pita merah itu sendiri berawal pada tahun 1991, saat para seniman berkumpul di sebuah galeri di East Village, New York, Amerika Serikat.
Dalam pertemuan itu, mereka membahas soal proyek baru AIDS Visual, organisasi seni tentang HIV di New York.
Lewat pertemuan itulah para seniman mencetuskan ide mengenai simbol pita merah yang dikenakan untuk menandakan kesadaran serta bentuk dukungan pada penderita HIV.
Pada saat itu, penderita HIV sangat distigmatisasi.
Tak hanya itu, banyak penderita HIV hidup bersembunyi karena takut menerima perlakuan diskriminasi.
Karena itu, para seniman ingin menciptakan ekspresi visual kasih sayang untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Simbol pita merah oleh para seniman terinspirasi dari pita kuning yang diikat di pohon, untuk menunjukkan dukungan bagi pertempuran militer Amerika Serikat ketika Perang Teluk.
Mereka memutuskan bentuk lingkaran pada pita kuning sangat elegan dan mudah dibuat serta ditiru.
Lalu, warna merah dipilih karena berarti berani, serta terasosiasi dengan gairah, hati, dan cinta.
Pada masa-masa awal simbol pita merah dicetuskan, para seniman membuat dan mendistribusikannya sendiri ke berbagai galeri seni dan teater di New York.
Awalnya, mereka menyertakan beberapa teks untuk menjelaskan makna pita.
Namun, seiring berjalannya waktu, teks tersebut tak dibutuhkan karena pita merah semakin terkenal.
Media pun memperhatikan dan dalam waktu singkat, pita merah diakui secara universal.
Dalam perjalanannya pita merah menjadi kekuatan ampuh dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV.
Tak hanya itu, pita merah juga menginspirasi badan amal lain untuk memanfaatkan simbol tersebut, seperti pita merah muda untuk meningkatkan kesadaran mengenai kanker payudara.
Hari AIDS Sedunia diperingati agar masyakarat dan pemerintah tahu, masih ada kebutuhan menggalang dana, meningkatkan kesadaran dan pendidikan, serta melawan prasangka terkait HIV.
Berdadarkan data dari situs who.int, pada tahun 2019 tercatat ada 38 juta orang yang hidup dan terinfeksi HIV/AIDS. Dan ada 1,7 juta kasus baru terinfeksi HIV per 2019.
Pada 2019 orang yang meninggal karena HIV berjumlah 690 ribu. Dan 68% orang dewasa yang hidup dengan HIV menerima terapi antiretroviral (ART) seumur hidup pada 2019. [Fatimah]
Tags:
Artikel